Minggu, 25 Juni 2023

Dear, pembaca blog "Hadi Islamic Worldview". Saya pamit dari Blog ini.


 

Assalamualaiakum warahmatullah wabarakatuh..

Para pembaca setia blog saya "Hadi Islamic Wordview" https://kisahhadi.blogspot.com/

Bersama ini saya informasikan kepada para pembaca, bahwa blog ini akan saya non-aktifkan pada tanggal 2 Juli 2023.

berikut alamat website saya yang baru 

https://batuter.com

Silakan mengikuti website saya yang baru..

Demikian informasi yang bisa saya sampaikan.

Wassalamualaiakum warahmatullah wabarakatuh..

Rabu, 21 Juni 2023

BAHAYA LATEN NARKOBA


Oleh: Sofian Hadi, S.Pd., M. Ag 

Penyuluh Agama Islam Kemenag Sumbawa Barat


Prolog; Bahaya Laten Narkoba

Penyuluh Agama Islam (PAI) merupakan lembaga dibawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia.  Salah satu tugas dan fungsi pokok penyuluh yaitu menjalankan fungsi edukatif. Makna fungsi edukatif adalah, penyuluh sebagai orang yang diamanahi mendidik umat sejalan dengan ajaran agama Islam. Oleh kerena itu, penyuluh harus mampu mendidik dan mengayomi masyarakat  dalam upaya penyelesaian permasalahan apapun yang timbul di tengah masyarakat, khususnya yang sedang marak di masyarakat yaitu memberantas virus Narkoba. Berikut ulasannya. 

Generasi Indonesia saat ini dihadapkan kepada permasalahan serius yaitu bahaya laten Narkoba. Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat terlarang. Selain narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan RI adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.[1]

Merebaknya kasus narkotika di berbagai belahan dunia tidak hanya memberikan dampak secara global. Di Indonesia kasus ini bahkan ditetapkan sebagai darurat Nasional. Kemudian dampak tersebut menjalar pada tingkat regional bahkan yang paling meresahkan narkotika menjalar hingga ditingkat lokal. 

Fenomena penyalahgunaan narkotika pada tingkat lokal, mengundang perhatian pemerintah daerah khususnya di Kabupaten Sumbawa Barat. Pemerintah daerah kemudian menjalin kerjasama dengan pihak terkait, terutama membangun relasi dengan aparat kepolisian, penyuluh, tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, sekolah, serta Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota (BNNK) dalam memberantas Narkoba. BNNK menjadi garda terdepan dalam memberantas Narkoba sebagaimana Visi BNNK yaitu;  

Menjadi Perwakilan Badan Narkotika Nasional (BNN) di Kabupaten Sumbawa Barat Yang Profesional dan Mampu Menyatukan dan Menggerakkan Seluruh Komponen Masyarakat, Instansi Pemerintah dan Swasta di Kabupaten Sumbawa Barat dalam Melaksanakan Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).[2]

Adapun Misi dari BNNK adalah; Bersama Instansi Pemerintah Terkait, Swasta dan Komponen Masyarakat di Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat dalam Melaksanakan Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Penjangkauan dan Pendampingan, Pemberantasan, Rehabilitasi serta didukung dengan tata kelola Pemerintahan yang Akuntabel.

Target Utama Narkoba

Jika melihat fenomena yang merebak di masyarakat, hal yang menyedihkan adalah anak-anak sekolah, pelajar, dan mahasiswa menjadi target utama gembong narkoba. Menurut data UNODC tahun 2022 terdapat 91 jenis narkotika baru yang sudah masuk Indonesia dari 1.150 jenis narkotika yang tersebar di seluruh dunia. Mirisnya, jenis narkoba tersebut mayoritas menyasar para pelajar di lembaga pendidikan.

Berbagai upaya memberantas narkoba sudah sering dilakukan, kerjasama pihak terkait pun selalu dilibatkan, namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan bahaya laten narkoba terutama pada kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah pun banyak yang terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba. Anak-anak  remaja dan dewasa yang terindikasi sebagai pengguna harus direhabilitasi dari bahaya laten narkoba.  Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak adalah pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan untuk mengawasi dan mendidik anaknya agar selalu menjauhi penyalahgunaan pil haram tersebut

Pergaulan bebas di masa remaja rentan terjadi. Sebab masa remaja merupakan masa transisi, yaitu suatu fase perkembangan masa anak-anak menuju fase masa dewasa. Masalah utama remaja pada umumnya adalah (caper) pencarian jati diri. Pada masa ini, mereka cenderung mengalami krisis identitas karena untuk masuk dalam kelompok orang dewasa dibutuhkan proses agar dianggap sebagai anak yang mapan. Padahal, pada realitasnya mereka rentan terjun dalam kegiatan dan aktivitas yang fatal secara psikologis. Hal ini merupakan masalah bagi setiap remaja. Oleh karena itu, mereka seringkali memiliki dorongan untuk menampilkan dirin sebagai anak dewasa dan tidak mau dinggap sebagai anak yang intens untuk mendapat pendidikan.[3]

Pentingnya Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga

Di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 195 Allah Swt berfirman:

Ÿ وَلَا تُلْقُوا۟ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى ٱلتَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوٓا۟ ۛ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.

Mengonsumsi narkoba, termasuk dalam kategori orang yang menjatuhkan diri kepada kebinasaan. Kebinasaan disini tentunya bukan hanya pada kontek sesuatu yang tampak (zahir) seperti, dampak narkoba dapat menyebabkan hilangnya kesadaran fungsi akal, kepribadian yang kurang baik, frustasi, putus asa, hingga manjadikan kehidupannya hancur dan berantakan, hingga pada kebinasaan ekonomi dalam keluarga.

Pendidikan agama dalam keluarga menjadi benteng dan tameng terpenting guna mencegah anak terjangkit virus narkoba. Pentingnya peran orangtua dalam mengajar anak-anak agar hati dan perilaku tumbuh di atas keimanan dan siraman nilai-nilai agama. Khususnya di dalam Islam, anak harus diberikan pemahaman yang baik tentang obat-obat terlarang (haram) seperti bahaya laten narkoba. Siraman keimanan harus terus diberikan orangtua, agar anak tumbuh dengan mental dan pergaulan yang baik.

Terkait ini, Rasulullah Saw bersabda:

“Janganlah membahayakan diri sendiri maupun orang lain” (HR. Ibnu Majah no 2340).

Hadist ini sebagai penguat ayat di atas. Bahwa, membahayakan orang lain saja di larang, apalagi membahayakan diri sendiri. Narkoba tentu saja tidak hanya merugikan diri sendiri, melaikan orang lain juga ikut di kena imbasnya. Karenanya, peringatan Allah terhadap orang yang mengkonsusi barang haram begitru keras. Contohnya; minuman keras (khamr), berjudi dan sejenisnya dimisalkan perbuatan mereka sebagai perbuatan setan. Sementara setan adalah seburuk-buruk permisalan, sebagai musuh bagi orang-orang yang beriman.  

Di dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 90 Allah Swt berfirman:

  يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَٰمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَٱجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.[4

Epilog

Dengan demikan, perang terhadap bahaya laten narkoba harus digalakkan. Tentunya, tidak sendiri, akan tetapi butuh kerjasama baik dari pemerintah pusat, provinsi, daerah dan perangkat desa. Bahaya laten narkoba harus dapat dicegah sedini mungkin. Agar anak-anak kita generasi yang akan datang tidak terjerumus dalam perangkap hitam narkoba. Jika tidak sekarang kapan lagi. Jika bukan kita siapa lagi. War on Drugs   

 

 

 

 

 

            [1] Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba

[2]  Baca, https://sumbawabaratkab.bnn.go.id/visi-dan-misi-bnn/

[3] Baca,  https://kepri.bnn.go.id/penyalahgunaan-narkoba-kalangan-mahasiswa-pelajar/

[4] Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. setelah ditulis masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi.

Selasa, 20 Juni 2023

Konsep Ta'dib (adab) yang Diajarkan Rasulullah Saw (Bag.2)

 


Oleh: Sofian Hadi, S.Pd., M.Ag

Penyuluh Agama Islam Kemenag Sumbawa Barat



Makna Tarbiyah (Pendidikan)

Di dalam penjelasan para ulama terkait kata tarbiyah, Ar-Raghib al-Ashfahani dalam Mufrodât fî gharîbil Qur’ân menyatakan bahwa kata raba asal artinya adalah at-tarbiyah (pendidikan) yaitu menumbuhkan suatu keadaan menuju kesempurnaan sedikit demi sedikit hingga mencapai taraf kesempurnaan. Dikatakan dalam kalimat rabbahû, warabbâhu, warabbahu. Dikatakan juga dala sebuah kalimat. lian yarubbanî rajulun min quraisyîn ahabbu ilayya, min al yarubbanî rajulun min hawâdzinin. Artinya, aku lebih sukan dididik oleh orang Quraisy daripada dididik oleh orang hawazhim.

Kata rabbû adalah mashdar (kata infinitif) yang diambil dari kata subjek (fa’îl) dan kata rabbu tidak diucapkan kecuali untuk Allah yang memberikan jaminan terhadap kemaslahatan segala makhluk yang ada. Sebagai contoh firman Allah dalam surat Saba’ ayat 15, baldatun tayyibatun warabbun ghafûr “(negerimu) adalah negeri yang baik dan (rabbmu) adalah yang Maha Pengampun”. Agar tidak terjadi persamaan makna dari kata rabb, di sini Ar-Raghib al-Ashfahani menekankan makna kata rabb yang disandingkan dengan kata lain maka makna dimaksudkan Allah untuk yang lainnya.[1]

 

Adapun, Imam Bukhari meriwayatkan yang sanadnya dari Ibnu Abbas r.a, berkata; Jadilah orang-orang rabbanî yang penyabar (bijak) dan memahami fiqih. Mengenai makna rabbanî sebagaimana disebutkan di dalam kitab-kitab tafsir adalah; orang yang mendidik orang-orang dengan ilmu yang gampang terlebih dahulu, sebelum mengajarkan ilmu-ilmu yang sulit. Bukti lain adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam ath-Thabranî dengan sanadnya dari Abi Tsa’labah r.a. ia berkata bahwa suatu hari ia bertemu Rasulullah dan berkata;

“Wahai Rasulullah serahkan aku kepada orang-orang yang pandai mengajar.” Lalu Rasulullah menganjurkankua kepada Abu Ubaidillah Bin Jarrah, kemudian beliau berkata; “Kini telah kuserahkan engkau kepada seseorang yang pendai mengajar dan mendidikmu.” [2] Demikian makna tarbiyah menurut para ulama. 

Makna Ta’lim (pengajaran)

Menurut Muhammad Fu‟ad Abd al-Baqi kata ta’lîm bentuk masdar dari kata allama yang dengan bentuk derivasinya diulang-ulang dalam al-Qur’an tidak kurang dari 105 kali. Kata allama diulang sebanyak lima kali dan selebihnya menggunakan bentuk lain seperti ilman sebanyak 14 kali, dua kali dengan pengulangan, ulama’, tiga kali menguunakan kata aliman, lima kali dengan redaksi alimtum, dan empat kali menggunakan kata allamakum, dan seterusnya.[3] 

Jika merujuk kepada al-Ashfahani, kata ta’lîmu yang berarti pengajaran atau pemberitahuan adalah penggerakan diri untuk menggambarkan makna-makna, sedangkan kata ta’allum yang berati belajar mengetahui adalah perhatian diri untuk menggambarkan makna-makna tersebut. Mungkin saja dalam kata ta’allum yang berarti belajar, ia dapat mengandung makna i’lâm yang berarti pemberitahuan jika pembelajarannya itu dilakukan secara terus-menerus.

 

Raghib Al-Ashfahani memberikan rujukan dari al-Qur’an Surat Al-Hujarât ayat 16, Surat Ar-Rahmân ayat 1-2, surat Al-A’laq ayat 4 dan surat Al-An’am ayat 16 dan surat lainnya. Adapun tentang surat Al-Baqarah ayat 31 “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nam (benda)” Al-Ashfahani menerangkan maksud pengajaran Allah tentang nama-nama kepada Adam adalah dengan memberinya kekuatan untuk berbicara serta meletakkan nama-nama pada benda-bendanya dan itu dilakukan dengan cara menyampaikan dalam hatinya. Begitupun juga pengajaran-Nya kepada para binatang-binatang, masing-masing dari pengajaran tersebut merupakan perbuatan yang Allah berikan kepadanya dan dengan memilih suara oleh-Nya.[4]

 

Penekanan Rasulullah tentang Urgensi Pendidikan Adâb  

Rasulullah Saw. menekankan akan penting pendidikan adâb dalam segala aspek kehidupan. terdapat banyak  riwayat dari Rasulullah Saw tentang pentingnya mempelajari adâb. Dari Ibnu Mas’ud dia berkata; “Bukankah seorang pendidik kecuali dia senang diberikan adabnya. Dan sesungguhnya adab Allah itu adalah Al-Qur’an.”[5]Artinya, seorang pendidik harus senang hati jika disampaikan firman Allah Swt. kepadanya.

Dalam riwayat lain; “Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adâb (perilaku) mereka”[6] kata Adab di dalam hadits ini merujuk kepada makna perilaku. Menurut para ulama, cara memperbaiki perilaku anak adalah dengan mengajrkan akhlak yang baik kepada mereka.

Pesan Rasulullah Saw. khususnya kepada orangtua yaitu agar para orangtua mengajarkan dan memberikan pendidikan terbaik kepada anak-anaknya. Pendidikan terbaik yang dimaksudkan Rasulullah adalah adab. Beliau berpesan; “Tidak ada pemberian orangtua kepada anaknya yang lebih baik dibandingkan dengan adab yang baik.”[7]  

Tentang adâb ini, Imam al Ghazali berpandangan bahwa sumber semua adab zahir dan batin adalah Rasulullah Saw. Hal ini karena Rasulullah Saw. senantiasa berdo’a kepada Allah agar diberikan adab yang baik (mahâsin al-adab) dan akhlaq yang mulia (terpuji). Kemudian Allah menurunkan kepada Rasulullah Al-Qur’an dan mendidiknya dengan Al-Qur’an. yang kemudian akhlak beliau seperti al-Qur’an.[8]

Dalam pembahasan lain para ulama, seperti Ibn Al-Mubarak menyatakan; “Jika aku dicerita tentang seseorang, yang memeiliki ilmu generasi terdahulu dan yang akan datang, aku tidak menyesal jika tidak sempat berjumpa dengannya, dan jika aku mendengar ada seorang yang memiliki adâb, kepribadian yang baik, aku akan sangat menyesal jika tidak sempat berjumpa dengannya.”[9]

Dengan adab yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. para ulama kemudian mejabarkan dan mempraktikkan dengan seungguh-sungguh bagaimana pendidikan adab ini teraktualisasi dalam diri dan kehidupan para ulama sehari-hari. Bukankah ini manjadi sangat urgen untuk kemudian kita sebagai generasi Islam kembali mempraktikkannya dalam kehidupan kita, kehidupan keluarga kita, dan kita ajarkan kepada anak-anak kita?

Karenanya, urgensi pendidikan adab ini harus menjadi prioritas kita baik sebagai, orangtua, guru, para cendikia untuk mengajarkan adab dan membimbing genarasi Islam masa depan agar tidak terjerumus kepada kebinasaan adab (su’ul adâb). Jika adab generasi hilang maka tanggung jawab kita sebagai orangtua, para guru dan pendidik yang lalai akan pesan Rasulullah Saw.

Kesimpulan

Dengan melihat urgensi pendidikan adab yang telah di syi’arkan Rasulullah Saw. maka selayaknya kita harus kembali kepada tauladan dan contoh yang telah diberikan Rasulullah kepada kita. Baik pendidikan adâb, dan dengan istilah lainnya yaitu, ta’lim dan tarbiyah harus sama-sam diajarkan dan diamalkan baik dalam institusi pendidikan, keluarga, masyarakat,khususnya pada diri orangtua pribadi dan anggota keluarganya. Agar tercapai orientasi pendidikan yang beradab yang di contohkan oleh Rasulullah Saw.



[1] Ar-Raghib Al-Ashfahani, Al-Mufradât: fî gharîbil Qur’ân, Volume 2. 11-13.

[2] Ali Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah al-Khulûkiyah, 22-23

[3] Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi, al-Mu‟jam al- Mufahras Li Alfaz al-Qur‟an  al-Karim,  488, 689

 

[4] Ar-Raghib Al-Ashfahani, Al-Mufradât: fî gharîbil Qur’âni, 775-776

[5] HR. al-Darimi dalam kitab Sunan al-Darimi bab keutamaan Orang yang membaca al-Qur’an, No. 3364

[6] HR. Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, No. 3671

[7] HR. Ahmad, Musnad Ahmad, No. 15439

[8] Imam Al-Ghazali, Ihyâ Ulumuddîn, Juz III, 442

[9] Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, Al-Ghunyah lî Thâlibî Tharîq al-Haq, 54


Minggu, 11 Juni 2023

Konsep Ta'dib (adab) yang Diajarkan Rasulullah Saw (Bag.1)


Oleh: Sofian Hadi, S. Pd. M.Ag
Penyuluh Agama Islam Kemenag KSB


Seperti yang kita ketahui bahwa Rasulullah Saw. adalah manusia yang mendapat pendidikan dan bimbingan langsung dari Allah Swt. Pendidikan dan bimbingan langsung dari Allah maksudnya adalah penanaman ilmu dan adâb yang meliputi seluruh aspek, baik spiritual dan material yang menumbuhkan sifat kebaikan dalam kahidupan. Seperti dalam sebuah hadits dikatakan; Addabanî Rabbî faahsana Ta’dîbî. “Tuhanku telah mendiddik (addaba) aku dan menjadikan pendidikanku (ta’dîb) yang terbaik”[1]

Pendidikan adâb yang diajarkan Rasulullah bukan semata tentang perilaku, budi pekerti, sopan santun, etika dan semisalnya. Pendidikan adab di sini mengandung tiga makna penting di dalamnya yakni memuat makna ilmu (‘ilm), instruksi (ta’lim) dan pembinaan yang baik (tarbiyah). Dari sebab inilah, pendidikan Nabi Muhammad dijadikan Allah sebagai pendidik yang terbaik di dukung oleh Al-Qur’an yang mengonfirmasikan kedudukan Rasulullah yang mulia (akram) teladan yang paling baik serta makhluk bumi dengan akhlak paling mulia.[2]

Kemuliaan akhlak Rasulullah Saw. tercermin dalam perbuatan dan amalan yang beliau lakukan. Salah satu sifat penyayang beliau tercermin dalam pergaulan disaat menjamu tamu yang datang menghadap beliau; Kami datang menghadap Rasulullah Saw. saat itu kami masih muda-muda dan berusia sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama dua puluh malam. Rasulullah Saw adalah orang yang paling lemah lembut dan penyayang. Beliau menyangka bahwa kami rindu kepada keluarga kami. Beliau bertanya kepada kami tentang keluarga yang kami tinggalkan, maka kami menceritakan kepada beliau. Kemudian beliau bersabda;

“Pulanglah kalian kepada keluarga kalian dan tinggallah bersama mereka. Bimbinglah mereka dan berbuat baik kepada mereka. Shalatlah, shalat demikian pada waktu demikian. Apabila waktu shalat tiba, hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan azan dan orang tertua dari kalian bertindak sebagai Imam.” (Muttafaqun alaihi).[3]

Apabila dicermati, kisah di atas merupakan salah satu cermin kasih sayang dan bentuk pendidikan yang diajarkan Rasulullah kepada para sahabat beliau. Beliau memerintahkan para sahabat untuk membimbing dan mengajarkan keluarga masing-masing untuk melakukan kebaikan dan selalu mendahulukan orang tua dalam hal-hal tertentu.

Karenanya, tugas sebagai pendidik dan pengajar di dalam keluarga dan masyarakat penting dan mendapat peringatan dari Rasulullah Saw. bagi siapa yang melalaikannya. Apalagi tanggung jawab dan hak sebagai orang tua kepada keluarga khususnya kepada anak-anak. Sebagaimana disebutkan dalam kitab As-Sa’adah al-‘Uzhmâ.

“Wahai orang tua dan para guru, apabila engkau melempar tanggung jawab anak ke tempat penggembalaan dan perkemahan saya khawatir engkau akan mendapatkan azab berlipat; engkau diazab karena mencemari mutiara yang dimuliakan itu dengan azab yang pedih. Kemuliaan engkau juga akan mendapat azab karena ikut ambil bagian dalam kejahatan itu.”[4]  

Pendidikan Adâb menurut Nabi Muhammad Saw.

Sebagaimana telah disinggung di atas, adâb mengandung pengertian luas. Pengertian adâb seperti dalam hadits “Allah telah mendidikku” dalam konteks ini adalah Tuhanku telah mengilhamkan atau memberikan petunjuk kepada Rasulullah untuk mengenal dan mengakui bahwa Allah sebenarnya adalah Tuhan yang sebenarnya. Kata kuncinya adalah mengenal dan mangakui eksistensi Allah sebagai Tuhan yang mempunyai kehendak atas segala sesuatu.[5]

Pendidikan adâb yang diajarkan Rasulullah Saw. merupakan inti dari semua risalah. Bayangkan saja, di daerah Mekkah pada masa jahiliyah, segala macam kesyirikan, kemaksiatan, ditambah hancurnya moral masyarakat berangsur-angsur berkurang hingga menjadi manusia beradab dan berperadaban. Manusia yang pertamanya tidak kenal Tuhan, kemudian menjadi manusia yang bertauhid.

Karenanya, adab dan akhlak yang baik adalah puncak dari perdidikan adâb itu sendiri. Hal ini menjadi catatan penting yang kemudian di sebarkan oleh para sahabat Rasulullah Saw. untuk kemudian didakwahkan secara universal kepada seluruh manusia. Tentunya, dalam mendakwahkan kalimat Tauhid tidaklah mudah sebab Rasulullah dan para sahabat mendapat perlawanan dari orang-orang kafir, yaitu orang yang tertutup hatinya dari kebenaran.

Kemudian makna lain dari pendidikan adâb adalah pengakuan tentang apa yang dikenalinya. Yang tanpa pengakuan maka tanpanya pendidikan menjadi hanya sekedar proses yang tidak memiliki aplikasi atau tindakan dalam bahasa lain yaitu amal. Bahwa pengakuan adalah aktualisasi dari pengenalan kepada Tuhan disertai dengan amal atau tindakan.[6]

Pendidikan adâb yang dipraktikkan Rasulullah Saw. yang berlandasakan tauhid, ternyata mampu menjadikan Islam sebagai agama yang pertamanya dimusuhi, namun setelah manusia mengenal Islam dengan segala kesempurnaan pendidikan, ajaran, adâb, akhlak dan sebagainya, kemudian terbuka hidayah di hati manusia tersebut dan mereka secara sadar memeluk Islam. Tentunya hal tersebut karena peran penting dakwah dan pendidikan Rasulullah saw.



[1] Mahmud Qambar, Dirâsât Turâtsiyyah fî Tarbiyah al-Islâmiâyah, jilid 2, Dhoha, Qatar: Dâr al-Tsaqofah, 1985), 1: 406.

[2] Lihat Surat Al-Ahzab ayat 21.  Lihat surat Al-Qalam ayat 4

[3] Diriwayatkan Abu Sulaiman Malik bin Huwarits Radhiyallahu ‘anhu

[4] As-Sa’adah al-‘Uzhmâ. Karya Syaikh Muhammad al-Khidhr Husain, rahimahullah, 90

[5]Syed Muhammad Naquib al-Attas, Aims and Objectives of Islamic Education, 1

[6] Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib al-Attas, 177