Senin, 25 Februari 2019

Sebait Doa Untuk Saudaraku di Bumi Palestina



Munajad doa untuk Saudara-Saudaraku yang dicintai Allah
di Bumi Palestina…

Terdengar gemuruh meriam menghantam. Terdengar pekik senjata menggempur. Terdengar bom-bom menghujam. Suasana gelap mencekam nadi kehidupan. Semua tak gentar kau hadapi. Tentara bengis bak iblis kau balas dengan berani. Keberanian adalah senjatamu. Ketakutan sudah kau buang jauh. Tubuhmu dan kulitmu telah di tempel dengan baju-baju syurga nan megah. Senjata di depan mata dan kepalamu kau anggap pahala. Hidup ini bagimu adalah telaga Kautsar tempat para syuhada disambut Rasulullah. 

Sungguh kami merugi, jauh dari negeri para pemberani. Kami merugi jauh dari jiiwa yang tidak takut mati. Kami hanya dapat mengirim kekuatan lewat doa-doa suci melalui angin Ilahi. Tak sedikitpun jiwa kami tenang sebelum do’a-do’a suci itu kami hembuskan untuk kalian. Kami tahu perasaan kalian wahai.. Saudaraku. Kami sadar betapa hati kalian berontak untuk keadilan, untuk kemenangan, untuk sebuah pengakuan, untuk lepas dari hidup dalam banyangan tirani Zionis laknatullah. 

Semenjak dahulu, sekarang dan akan datang dunia seakan diam. Dunia seakan buta. Dunia seakan tuli. Dunia diam dengan penindasan, pembunuhan yang kalian derita. Dunia buta dengan kejahatan yang kalian rasakan. Dunia tuli dengan suara gemuruh rudal dan bom-bom yang jatuh menghantam rumah, sekolah, masjid dan tempat tinggal kalian.

Kami dapat merasakan semua itu saudaraku. Kami lebih bersedih. Lebih tercabik-cabik. Lebih berduka, tatkala kami melihat kalian di tindas, di siksa, di hantam senjata, di berondong peluru-peluru, di kejar dan di hajar. Hati kami menangis, jiwa kami tergores dalam, batin kami terisak-isak tak berdaya. Berat sekali ujian yang kalian hadapi. Berat pula timbangan pahala yang akan kalian terima. Engkaulah syuhada.
Ya Allah..
Ya Rabbi..
Ya Ilahi...

Kuatkan saudara kami di sana. Syuhada kecil di Palestina. Di tanah Syurga. Di tanah berkah. Di tanah Syuhada. Tegakkanlah kepala mereka, dihadapan para Zionis bangsa Kera dan Babi itu. Tetapkanlah Iman di hati saudara-saudara kami. Rapatkanlah shaff dan barisan mereka. Kokohkan langkah mereka dalam perjuangan dan berperangan merebut hak yang dirampas dan di rampok. Hak yang di rebut dengan kezhaliman, dendam dan tumpahan darah. Jagalah saudara kami dengan sebaik-baik pengawasan-Mu ya Rabbi. 

Wahai saudarku, kalian adalah manusia-manusia mulia di dunia yang hina. Hidup kalian akan tetap mulia. Hidup kalian adalah lembar-lembar hikmah, lapis-lapis berkah dan hujan pahala. Darah kalian harum di syurga. Tubuh kalian dibalut kasturi nan wangi. Jiwa-jiwa kalian menjadi saksi suci nan abadi dalam merebut tempat di samping Ilahi. 

Inilah sebait doa ku kirim untuk kalian disana. Berharap suatu hari kalian dapat tersenyum kembali. Senyum yang akan terukir indah selamanya. Senyum yang sudah lama terkunci dan terpasung oleh penindasan. Senyum yang membawa pertanda bahwa kita pasti akan perang bersama melawan bangsa babi dan kera itu. Dan, kita akan menang melihat mereka mengerang, terpanggang tunggang-langgang. 

Hari ini, para Zionis bedebah boleh bergembira-ria, mereka boleh berpesta-pora, mereka boleh tersenyum indah, tersenyum ketika memandang anak-anak kecil itu menagis merengek pilu, bapak yang pasrah di ujung senjata, ibu yang histeris menahan duka dan luka. Yaa.. Manusia kera itu. Manusia yang tak pernah puas membunuh. Manusia babi yang tak pernah puas berula.   

Tunggulah saatnya nanti, kalian akan kami balas, akan kami basmi, akan kami berantas dan akan kami musnahkan kalian dari muka bumi ini. Mujahid-mujahid kecil yang berani akan mengejar kalian, hatta di balik batu dan ranting pohon. Batu dan ranting pohon akan berteriak pecah. 

"Ini dia," 

"Ini dia," Yahudi di belakangku. Bunuh dia. musnahkan dia. Pekik batu itu.


Semoga Allah selalu melindungi kalian wahai saudaraku,,
Semoga Allah selalu merahmati kalian wahai saudara se-imanku,,
Semoga Allah selalu menjaga kaliah wahai para syahid dan syuhada penghuni syurga,,

Amiin.. 

Gontor, 25 Januari 2018,

Dari Saudaramu di Indonesia,
Fadhil Sofian Hadi