Jumat, 12 Oktober 2018

Melihat Lebih Dekat Pruak Desa Rarak (Sebuah Memoar)



Puncak Rarak Air Tarjun 'Ai Puti'

Oleh: Fadhil Sofian Hadi


Film layar lebar “Jungle” yang di rilis Oktober 2017 diangkat dari kisah nyata tentang seorang lelaki nekad (Daniel Radcliffe) dan dan tiga orang temannya tanpa sengaja bertemu saat liburan panjang di Bolivia. Singkat cerita mereka membuat kesepakatan untuk mengunjungi jantung hutan Amazon. Hal menarik yang membuat penonton tercengang dengan kisah dalam film ini adalah, bagaimana mereka dapat bertahan hidup di tengah hutan Amazon tersebut. Kisah yang lebih menantang tentang tantangan mereka mengarungi tanjakan “dead road” (jalan maut) yang mendapat julukan sebagai the most dangerous road in the world meliauk-liuk dari kaki pegunungan itu hingga ke puncak tertinggi gunung tersebut.

Treng Tali di bukit Rarak, mungkin sama dengan “dead road” di pegunungan Bolivia. Lekuk tanjakannya tajam menghujam. Jika terjadi kesalahan pada kendaraan yang di tunggangi atau kesalahan murni manusia ‘human error’ maka jangan salahkan tanjakan itu, saat anda akan di lempar jauh ke dasar bukit atau ke hutan rimba. Begitulah kira-kira gambaran menuju pengunungan Bolivia dan lereng bukit Rarak. Lumayan menguji nyali.

Yang sangat memukau adalah, selepas mengarungi tanjakan terjal itu mata akan dipaksa terpesona dengan suguhan panorama lukisan alam nyata. Pada saat riders atau pengunjung sampai di tanjakan ke lima (terakhir) yang di sebut oleh warga sekitar dengan ‘pruak sinyal’ akan memanjakan mata pengunjung hanya dengan membalikkan badan dan akan nampak lukisan hijaunya hutan dan bukit sekitar. Pandangan dengan panorama alami dan natural terhampar dari ujung pruak sinyal yang tajam itu. Kemilau keindahan bukit Rarak yang membentang jauh di pelupuk mata. Subhanallah, indahnya kreasi Sang Pencipta.

Keindahan bukit dan gunung di desa Rarak juga berbanding vertikal dengan keindahan dan keramahan hati para pendudunya. Seperti desa lainnya, para penduduk desa Rarak akan menyambut siapapun tamu yang datang dengan senyuman dan sapaan akrab. Entah sekedar basa-basi atau memberikan sambutan dengan bahasa yang memenangkan hati para pengunjung. Mungkin kalau bahasa kids jaman now “make yourself at home” kurang lebih seperti itulah pesan yang ingin mereka sampaikan kepada para pendatang.

Pengunjung juga tidak perlu merasa sungkan, karena sebenarnya ketika bayak mata tertuju kepadanya menandakan bahwa mereka respect atau hormat dengan kedatangan anda di dalam komunitas mereka. Tidak bisa dipungkiri siapapun yang tiba di tempat baru akan menjadi bahan perhatian yang harus ditunjukan oleh masyarakat sekitar. Artinya, tidak ada yang aneh dengan sambutan yang asing itu. Begitulah standar normal sambutan para penduduk desa Rarak dan desa lain pada umumnya.

Para pendatang bisa langsung berkomunikasi dengan santai dan bebas dengan warga. Karena mereka pasti akan melempar basa-basi “silamo sia ngesar”[1] atau “sia ngesar mo loka”[2] Jika para pengujung mendengar kata-kata basa-basi seperti itu, maka kedatangan Anda telah diterima dalam komunitas penduduk desa Rarak yang notabennya hidup dengan kesederhanaan. Mungkin akan sedikit berbeda dengan penduduk primitif di hutan Amazon yang notabennya agresif dan selektif terhadap pendatang baru. Para pendatang di hutan Amazon akan di hujani panah beracun jika mereka tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa warga Amazone yang condong konservatif (kolot. Silakan temukan film dengan judul “Lost in Amazone” dalam film itu diceritakan detail bagaimana expedisi tentara inggris untuk menguasai hutan Amazone agar masuk dalam peta dan kekuasaan mereka. Sebuah konspirasi politik yang cukup beresiko!

 
Jalan Maut Bolivia

Jika warga Amazone adalah sekumpulan manusia konservatif yang masih jauh dari interaksi modern, maka sebaliknya dengan warga Rarak selangkah lebih progresif transformatif dari tuntutan zaman. Mereka sudah dapat menikmati layanan signal (sinyal) melalui cellphone atau mobile phone. Namun, permasalahannya mereka harus berlari menuju pruak sinyal sambil menerawang telephone mendeteksi tanda dimana sinyal berada. Setelah itu, mereka dapat berkomunikasi tanpa gangguan. Butuh perjuangan dan kesungguhan untuk mencapai sebuah harapan. Harapan mendapatkan sinyal full, agar komunikasi tidak putus di saat streaming atau live chatting berjalan normal.

Baiklah, kita lupakan sejenak tentang komparasi klasik kedua jenis warga ini. Saya akan lebih fokus membahas tentang 5 (lima) nama pruak (tanjakan) yang harus di terjang jika para pembaca ditakdirkan mengunjungi Desa Rarak. Atau jika ada pembaca yang sudah pernah iseng kesana lantas lupa nama tanjakannya, mungkin tulisan ini bisa membantu anda mengingat kembali memori mengerikan disaat anda mengarungi tanjakan maut itu.

Pruak Batu
Tanjakan ini adalah perkenalan pertama yang akan membuat para rider motor atau mobil extra waspada. Suasana natural alam, pohon-pohon yang bebas tumbuh di kiri-kanan jalan adalah suguhan menarik dari tanjakan batu ini. Kelokan yang menguji nyali kadang menghadang tanpa tanda arah seperti jalan raya di perkotaan. Kejelian mata memandang lurus adalah kunci agar tidak salah memilih haluan. Batu-batu dari ukuran kecil hingga ukuran besar kadang tidak bisa dihindari. Ini akan melatih rider memilih bagian kecil dari batu-batu cadas itu.

Dinamakan pruak batu, karena memang tanjakan ini memuat batu kerikil cadas yang menempel bebas di permukaan tanah tanjakan. Apabila batu-batu itu diinjak maka akan terlepas bebas. Sepertinya, penyebab utama tidak menempelnya batu kerikil itu adalah jenis tanah merah yang berpasir. Bukan jenis tanah liat. Sehingga tidak memberikan penguatan terhadap semua jenis batu yang terjebak di tanjakan ini.

Pruak Simpang Lamuntet
Jika tanjakan pertama (opening slope) di sambut ragam batu cadas, maka selanjutnya para rider akan di suguhkan dengan tanjakan Simpang Lamuntet. Dalam jarak tempuh beberapa kilo meter setelah meninggalkan desa lamuntet kec. Barang Rea dengan kondisi jalan yang masih extrem para rider harus tetap fokus dan extra confident karena anda akan kembali di tunggu tanjakan yang lebih tangguh. Namun di balik tanjakan yang tangguh di depan, nampak rindangnya dedaunan yang menutup ranting-ranting kecil pepohonan, terdengar juga heningnya gemercik air yang jatuh di atas batu licin tersusun alami, tanpa campur tangan manusia-manusia lemah.

Tanjakan simpang lamuntet ini mengirim pesan kepada riders dan para pengunjung supaya lebih tenang dalam menanjaki setiap jengkal jalan setapak yang menunggu dilintasi. Setelah tiba di ujung tanjakan ini, anda boleh berhenti sebentar dan memeriksa kelengkapan perabot motor atau mobil anda. Siapa tahu tanjakan itu telah merampasnya. Maka tidaklah heran jika tanjakan ini awal dari sebenarnya perjalanan uji nyali para rider dan pengujung. Setelah itu marilah melanjutkan petualangan menuju tantangan uji nyali yang lebih berat. Rarak itu berat, kamu nggak akan kuat, biar aku saja. DilanRarak. Hihi


Bravo! Menaklukkan tanjakan


Pruak Treng Tali 
Ibarat dalam sebuah kamus motivasi, hentakan pertama adalah awal dari hantaman selanjutnya. Dua tanjakan yang disebutkan sebelumnya merupakan introducing dari next challenging tanjakan yang lebih dahsyat. Jika diibaratkan dalam pertandingan Liga Champion Eropa, para pemain tidak hanya menyiapkan strategi dalam permainan, hal yang paling penting dari semua itu adalah persiapan mental pemain. Team atau pemain yang siap mentalnya akan mudah menguasai jalannya pertandingan. Sementara, team yang bermental tahu dan kerupuk akan ambruk. Tidak ada ampun, catatan pertama adalah mental para riders.

Mental itulah yang harus di persiapkan jika melintasi tanjakan treng tali ini. Sesuai dengan namanya tanjakan ini mempunyai arti yang dalam. Secara etimologi treng tali berasal dari kata treng yang artinya bambu atau ruas besinya bambu, sementara tali artinya erat/mengikat. Maka dapat di tarik sebuah definisi secara terminologi bahwa treng tali ini adalah tanjakan yang membutuhkan lekatan kuat untuk melintasinya. Ibarat rider sedang melintasi ruas besi bambu yang tajam, dapat dibayangkan betapa hati-hati dan penuh konsentrasi.

Tanjakan dan tikungan tajam berbanding pertikal serta pecahan batu yang berserakan di badan jalan menjadi tantangan tersendiri. Jika pengunjung salah mengalami kesalahan dalam mengontrol gas atau rem motor dan mobil, maka bersiaplah akan menghadapi kesulitan melanjutkan perjalanan. Mungkin saja anda akan kembali terlempar ke dasar tanjakan atau berhenti di tengah-tengah tanjakan treng tali. Suasana akan sangat berbeda 180 derajat Celsius jika cuaca kurang bersahabat atau hujan. Pertarungan antara nyali dan keberanian di tantang dalam arena tanjakan ini.

Seperti yang telah saya gambarkan di awal-awal, dead road di Bolivia sedikit memberikan gambaran kepada pembaca, bahwa gambaran saja sudah cukup membuat nyali ciut. Pun dengan treng tali sebuah gambaran nightmare bagi siapapun yang tidak pengalaman dalam mengarungi sebuah tanjakan. Pesan saya, tanjakan ini cukup berani jika anda tidak melawannya. Maka, kumpulkanlah keberanian untuk menantangnya.

 
Tetap fokus satu titik


Pruak Gintung
Persamaan antara treng tali dan pruak gintung adalah sama-sama menguji nyali dan mental rider atau pengunjung untuk menaklukkan tanjakan yang dahsyat ini. Apabila pengunjung di suruh memilih antara pruak gintung, dan treng tali, maka itu bukanlah sebuah pilihan melainkan sebuah jebakan, layaknya kasus ibu kota yang sempat marak tahun 2017 kemarin yaitu; “pilih pemimpin muslim tapi korup atau pemimpin kafir tapi adil” yang jelas ini bukan sebuah pilihan tapi sifatnya adalah jebakan kepada kaum muslim. Pernyataan tersebut merupakan penyesatan dalam kontek pemimpin. Yang sebenarnya adalah kita mempunyai pemimpin muslim adil, jujur dan tidak korup.

Pilihan yang terbaik dari kedua pruak ini adalah secepatnya pengunjung untuk melewati rintangan yang luar biasa ini. Pruak gintung juga tidak kalah terjal dari treng tali. Hanya saja, pruak gintung ada sedikit perbaikan seperti coran semen padat. Coran semen ini dimaksudkan untuk membantu para pengunjung atau rider agar lebih mudah melewati kubangan di tengah tanjakan ini. Tanah licin bercampur lumpur adalah awal-akhir dari pruak gintung ini. Maka waspadalah saat roda kendaraan terjerumus kedalam lumpur, ini akan membuat roda motor akan sulit bergerak. Bersiap-siaplah menarik napas dalam-dalam karena itu pertanda perjalanan butuh sejenak perhentian. Pesan dari pruak gintung ini, tetap jaga keseimbangan, mental baja dan fokus.

Pruak Sinyal
Hasil tidak akan menghianati usaha. Ungkapan ini senada dengan pepatah dalam dunia pesantren ”Man jadda wajada” siapapun yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil. Maka pruak sinyal inilah yang menjadi bukti kesungguhan para riders dan pengunjung. Setelah mengarungi empat pruak dengan level tantangan yang berbeda-beda, maka sebentar lagi anda akan menuju puncak terindah lukisan alam nyata. Lukisan indah yang akan meminta opriori pikiran anda untuk selalu ingin di kenang.

Pada akhirnya, pruak sinyal akan menyambut anda dengan senyuman. Tidak usah terburu-buru untuk melanjutkan perjalanan, karena beberapa meter lagi anda akan tiba di desa Rarak. Untuk melepas penat, setelah menaklukkan pruak sinyal, anda cobalah rilex sebentar, meregangkan badan anda di atas lagan yang terbuat dari bambu. Parkirkan motor atau mobil anda sejanak dan baliklah badan anda, dalam sekejap akan melihat indanya lukisan alam. Suasana pemandangan yang mempesona bak lukisan diatas kabut-kabut putih yang menaungi desa ini. Tentunya para rider tidak tahan untuk mengabadikan momen indak di desa dengan lukisan alam nyata. Ambil kamera dan selamat menikmati panorama indah ini.

Desa Rarak saat menurut informasi terbaru, telah diresmikan menjadi desa Wisata kedua di tanah Taliwang Kab. Sumabawa Barat, setelah Mantar menjadi Desa Wisata pertama dalam hal pelopor desa Wisata di pulau Sumbawa.


[1] Silakan mampir
[2] Silakan rehat kesini sejenak


 Gallery Photo


Senin, 08 Oktober 2018

Harga Sebuah Keyakinan (Telisik Kemenangan Khabib Nurmagomedov)


Oleh: Sofian Hadi
Mahasiswa Pascasarjana University of Darussalam (Unida) Gontor



“Islam adalah satu-satunya agama yang di terima disisi Allah.” [Al-Imran, 19]. “Dan barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima dan di akherat  dia termasuk orang-orang yang merugi. [Al-Imran, 85]. Di dalam hadits Rasulullah Saw berkata; “Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya. Dengan jelas dan bernas Islam sebagai sebuah agama dan keyakinan memposisikan dirinya. Tidak skeptis dan tidak pula sofis. 
 
Sebagai sebuah agama, Islam menuntun para pemeluknya untuk yakin dengan kebenaran dan melawan segala bentuk kepalsuan atau yang menentang kebenaran tersebut. Menantang bukan dalam artian melawan, tapi membela terhadap keyakinannya. Kerena, ketika dia membela kayakinannya, berarti dia telah membela kebenaran. Kebenaran yang lahir dari keyakinan tentang agamannya, yaitu Islam. Sejatinya, seperti itulah sikap muslim sejati. Keyakinan akan membuatnya berani, tidak ciut menantang maut. Tidak gentar sekalipun bertengkar.

Tak dapat disangsikan, hingar-bingar dunia seni bela diri UFC, yang diopersikan oleh William Morris Endeavou telah menayangkan sebuah pertarungan akbar antara Khabib Nurmagemedov asal Rusia kontra Conor McGregor dari Irlandia. Bahkan bingar pertandingan kedua petarung ini telah bergaung beberapa bulan sebelumnya. Para analisator membuat prediksi-perediksi tentang siapakah yang akan memenangkan pertandingan tersebut, baik dari kubu Gregor maupun Khabib. Dan hasilnya Khabib Nurmagomedov berhasil keluar sebagai pemenang. Khabib mengukuhkan kemenangan dengan rear naked choke atau kemenangan dengan mengunci leher musuh di round ke 4. Kemengangan atas Gregor memperpanjang karir bertarung Khabib dengan rekor tanpa pernah terkalahkan. 
 
Terlepas dari kemenangan yang di peroleh Khabib, hal tak terduga terjadi pasca pertandingan usai. Khabib tiba-tiba meloncat keluar dari octagon dan terbang menyerang kubu pelatih McGregor. Sebuah aksi yang sangat berani yang dilakukan oleh Khabib. Tentunya aksi tersebut banyak  mendapat respon negative dari para elite yang menamakan diri mereka dengan sebutan ‘para profesional.'

Sontak saja media internasional dan lintas nasional memuat berita heboh tentang aksi Khabib tersebut. Tony Ferguson petarung UFC memberikan komentar “Mereka seharusnya professional” dia menambahkan “Celaan McGregor sebelum laga soal agama, negara dan ayah Khabib, bukan alasan petarung asal Rusia tersebut bersikap brutal seperti itu” cetusnya. Cemooh yang tidak kalah pedas juga datang dari president UFC Dana White, “Nurmagomedove seharusnya dapat menahan emosi” dia juga mengatakan bahwa “Khabib konyol.” Serta beberapa komentar tajam yang menyudutkan Khabib.
 
Jika dilihat secara jernih akar masalah yang melatarbelakangi tindakan Khabib Nurmagomedov, tentunya tindakan tersebut lebih “professional” dari yang mereka tuduhkan. Kenapa seenaknya saja mereka mengatakan “Khabib tidak professional!” “anda tidak professional!” Hingga kata “professional” tersebut menjadi dalih pembelaan dalam melanggar norma keyakinan sekalipun, dan mereka mengatakan tidak professional dengan tindakan tersebut. Sangat naif. Dan disinilah perangkapnya. Karena makna kata “professional” tersebut bermasalah serta penuh jebakan. Untungnya Khabib tidak terjebak dengan kata professional itu, dia justru bersikap sangat professional dalam membela agama, keluarga dan negaranya. 
 
Muslim akan dikatakan tidak professional, jika sedang membela keyakinan dan agamanya. Muslim akan di tuduh tidak professional jika ia masih membawa Agama dalam sebuah pertandingan. Muslim akan di cap tidak “professional” jika tidak meneguk secangkir bir atau alcohol. Dengan dalih “professional” juga mereka memaksa Muslimah untuk membuka jilbab dan auratnya dalam sebuah game atau ajang perlombaan. Sebuah perangkap busuk dan menjijikkan. Bukankah ini jebakan berbahaya bagi keyakinan Muslim. Kita akan di bungkam ketika agama atau keyakinan kita dilecehkan dan di permainkan. Muslim akan di hina jika Agama di bawa dalam ajang kontestasi apapun, termasuk dalam dunia politik, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya. 

Barat mendefinisikan seenaknya makna kata “Professional” dan tidak sedikit dari kaum Muslim terjebak dengan ungkapan yang berbau perangkap tersebut. Apa yang dilakukan Khabib merupakan sebuah pembelaan terhadap Agama yang dianut. Ghiroh atau kecemburuan Khabib terhadap agamanya meluap saat keyakinnya dilecehkan dan direndahkan. Mestikah sebagai Muslim bersikap professional ketika Islam di hina? Mestikah kita professional ketika keluarga kita di cela? Jika hati kecil kita tidak terpanggil untuk membelanya, maka sikap terhadap kepercayaan Agama yang anda anut boleh jadi bermasalah dan mestinya dipertanyakan. Bisa jadi kepercayaan yang kita anut tidak ada harganya. Kepercayaan kita pegang tidak ada nilai dan kehormatannya. Bukankah ini bertentangan dengan keyakinan yang telah diperjuangkan oleh para ulama dan para ambiya.

Harga sebuah keyakinan itu penting. Jangan sekali-kali meremehkannya. Berjuanglah membelanya. Bukan berjuang membiarkannya, atau berjuang tidak menegakkanya. Jika kita sanggup untuk membelanya maka itulah yang terbaik. Daripada terkoyak dalam kehinaan dan kerendahan. Dalam bukunya “Ghirah” Buya Hamka menjelasakan makna Ghirah cemburu karena Allah;
“Jika ghirah tidak dimiliki lagi oleh bangsa Indonesia, niscaya bangsa ini akan mudah dijajah oleh asing dalam segala sisi. Jika ghirah telah hilang dari hati, gantinya hanya satu yaitu kain kafan. Sebab, kehilangan ghirah sama dengan mati!”
Ungkapan Buya Hamka membuka mata dah hati kita. Bahwa tantangan inilah yang sulit dihadapi oleh bangsa Barat. Dengan jelas mereka ingin melepas Ghirah dalam dada kaum Muslim, sayangnya mereka justeru menuduh dengan dalih tidak “professional.”  

Boleh jadi para elite “professional” melihat itu sebagai kekonyolan atau tindakan biadab. Namun, ketahuilah hal itu lebih beradab dari yang mereka tuduhkan, karena hal itu adalah bentuk dari sebuah tindakan keadilan. Dan keadilan itu pengertiannnya adalah menempatkan sesuatu pada tempatnnya. Khabib Normagomedove telah membuktikan dia beradab dan lebih professional. Karena dia telah mengajarkan kepada dunia tentang makna professional dalam arti yang sesungguhnya, yaitu menujukkan ghirah serta tidak rela agama yang dipilihnya dihina dan dilecehkan. Perlu dicatat, bagi dunia Barat, melecehkan agama atau keyakinan itu bukanlah sebuah pelanggaran.  Bukanlah sebuah pelecehan. Maka tidak heran, mereka tidak mempunyai harga terhadap kepercayaan yang mereka yakini. Naif!  

Hingga artikel ini di unggah, tidak ada media yang mendukung mengenai apa yang dilakukan Khabib. Tanpa sadar kita telah di perbodoh oleh jebakan atas nama gelar. Namun lagi-lagi Khabib membuktikan bahwa dia tidak mudah di bodohi dan di pecundangi. Dia buktikan bahwa kepercayaan agamanya lebih besar daripada hanya sekedar gelar yang tidak ada apa-apanya. Hingga presiden, pelatih, Muslim penjuru dunia dan keluarganya bangga dengan tindakan pembelaanya atas rasis yang di lontarkan kubu penentang, dan hanya mereka yang mendukung.

 
"Alhamdulillah, Alhamdulillah.. Allahuakbar" kalimat itulah yang selalu di ucapkan Khabib setiap kali memenangi pertandingan di arena octagon. @BravoKhabib!