Oleh: Sofian Hadi
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Darussalam (Unida) Gontor
Pendahulan
Buku berjudul The
Truth about Muhammad adalah karangan Robert Spencer. Seorang penulis yang
lahir 27 Februari 1962. Ia adalah pengarang dan narablog Amerika Serikat yang
dikenal karena kritiknya
terhadap Islam dan penelitian
tentang terorisme
Islam dan jihad.
Buku ini memuat 224 halaman, yang dibagi kedalam 10 Bab. Bab pertama
membahas tentang Why a Biography of Muhammad is relevance today. Pada bab
pertama ini, Spencer menulis sub tema tentang, Is Islam a Religion of peace?
Why it matter? Dueling Muhammad, Why Muhammad matters, Polite fiction are
useless, The purposes of this book, Why I did not want to write this book, Death to
“Blasphemer”, Defending freedom of speech dan General notes. Bab kedua,
Spencer menulis tentang In search of the historic Muhammad, dengan lima sub
pembahasan. What can we really know about Muhammad? The Qur’an, The Hadits, The
Sira dan Historical fact and Muslim belief.
Pada bab ketiga,
Ia menulis tentang Muhammad becomes a prophet. Bab ketiga ini juga terdiri dari
lima sub pembahasan. Arabia before Muhammad, Muhammad’s early life, Khadija,
The first visitation, dan The suicidal despair returns. Selanjutnya pada bab keempat,
Spencer menulis tentang Muhammad revelation and their source. Dalam bab ini
ia membagi sub bab dalam tujuh pembahasan. Borrowing from Judaism, “Tales of
the ancient” Borrowing from Christianity, Other borrowings, Revelation of
convenience? The consequences dan Modern embarrassment. Pada bab kelima, Spencer menulis, A
warner in the face of a terrific punishment. Dengan sub pembahasan,
difficulties of the Quraysh, The evolution of the command to wage war, The
satanic verses dan The night journey.
Berbeda dengan
pembahasan sebelumnya, pada bab keenam Spencer menulis dengan sangat
provokatif, Muhammad becomes a warlord. Dengan perincian sub bab, The Hijrah,
The covenant between the Muslim and the Jews, The conversion of Abdullah and
tension with the rabbis, The Hypocrites, The Nakhla raid dan The break with the
Jews dan The change of qibla (directioan for prayer). Bab ketujuh,
dengan pembahasan “War is deceit”, dengan sub bab The Battle of badr Allah’s,
The muslim of booty fight for the Muslims, The Qayinuqa uinuka Jews, Ager
toward Jew and Christians, Assassination and decet, The Quraysh strike, Assuaging doubts after Uhud dan The
Deportation of Banu Nadir.
Bab delapan, pengarang
buku ini menulis tentang Casting Terror into their hearts. Dengan perincian sub
bab The battle of the Trench, Dealing with the Banu Qurayzah, Finding excuses
for a massacre, The women of the Banu Mustaliq, Abdullah bin Ubayy and praying
for one’s enemi, The treaty of Hudaybiyya, The raid at Khaybar, The poisoning
of Muhammad dan The spoils of Khaybar. Bab kesembilan, Spencer menulis
Victorius through terror. Dengan 12 sub bab, The conquest of Mecca, Apostates
to be killed, Muhammad at the Ka’bah, The battle of Hunayn and the mastery of
Arabiya, Invitation to Islam, The Tabuk raid, Collecting the jizya, The last
pilgrimage: the right of women and the expulsion of the pagans, The murder of
the poets, Muhammad final illness and after Muhammad.
Terakhir, Robert
Spencer menulis tentang warisan yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad Saw. Bab
ini bertemakan Muhammad’s legacy, dengan sub bab, The war on terror, pedhophile
prophet?, Misogynist, Draconian punishments?, Warrior propet?, Islamic
tolerance?, A kinder, gentler Muhammad, The veneration of Muhammad, Imitating
Muhammad today, Frightening reality, dan What is to be done.
Kritik Terhadap isi Buku
Pada pembahasan
buku ini Penulis akan lebih banyak memberi komentar pada bab keempat tentang
sub bab Muhammad’s Revelation and their Sources. Apa
yang telah ditulis Robert Spencer dalam buku ini sangat provokatif dan
berangkat dari sudut pandangnya yang dangkal tentang kebenaran sejarah hidup
Nabi Muhammad Saw. Banyak dari para orientalis Barat mencoba menulis bahkan
membantah tentang Qur’an dengan pengetahuan awam mereka. Layaknya Spencer,
pengarang Amerika yang mengaku telah belajar Islam selama 20 tahun ini, telah
membuat beberapa hal yang sangat keliru terhadap sejarah nabi Muhammad, Qur’an
dan Hadist. Jauh sebelum ini Ricoldo da Monte Croce (1243-1320)
seorang misionaris pada abad ke-13 menulis beberapa karya mengenai Islam dalam
bahasa latin. Dalam pandangannya setan mengarang Al-Qur’an sekaligus membuat
Islam. Kesimpulan Ricoldo tentang Qur’an hanyalah kumpulan bid’ah-bid’ah lama
yang dibantah sebelumnaya oleh Gereja.
Kemudian, Ricoldo
mengatakan karena perjanjian lama dan perjanjian baru tidak memperediksi
sebelumnya, maka Al-Qur’an tidak boleh diterima sebagai “hukum Tuhan”. Selain
itu, doktrin-doktrin islam mengenai kesalahan agama Kristen dan Yahudi tidak
bisa diterima. Ia juga mengatakan gaya
bahasa Qur’an tidak sesuai untuk disebut menjadi “kitab suci”, konsep-konsep
etika di dalam Al-Qur’an bertentangan dengan pernyataanpernyataan Filosofis.
Dan yang selanjutnya, Al-Qur’an penuh dengan kontradiksi internal.
Sebenarnya, masih banyak lagi jenis hujatan yang diarahkan kepada Qur’an, namun
penulis hanya mengambil beberapa saja dari pernyataannya tersebut.
Berbeda dengan Ricoldo
dengan karyanya Improbatio alcorani (Contra legem saracenorum) Kebatilan
Al-Qur’an (Menantang Hukum Islam), Martin Luther menerjemahkan karya Ricoldo
dalam bahasa Latin, Confutatio Alcorani (Bantahan terhadap Al-Qur’an),
Salman Rushdie dengan karnya “Satanic verses” (Ayat-ayat setan). Robert
A. Morey (The Islamic Invasion) dan beberapa orientalis lainnya, Robert Spencer
dengan karyanya “The Truth about Muhammad” menulis dengan awam tentang
pewahyuan dalam Bab Empat “Muhammad revelation and their source” atau
Sumber wahyu-wahyu Muhammad. Dalam bab empat inilah Spencer menulis;
“One of the most severe and lingering challenges to Muhammad’s
claim to be a prophet both during the twenty-three years of his career and
throughout the history of Islam, was his apparent dependence on Jewish,
Christian and other sourches.” Terjemahan
dari buku bahasa Indonesianya “Kebenaran tentang Muhammad” Salah-satu tantangan yang terberat terhadap
klaim Muhammad sebagai seorang nabi, baik selama 23 tahun karirnya dan di
sepanjang sejarah Islam, adalah ketergantungannya yang sangat jelas terlihat
pada Yahudi, Kristen dan sumber-sumber lainnya.
Di dalam pandangan
Robert Spencer, klaim kenabian Muhammad merupakan tantangan terberat terhadap
ajaran Yahudi dan Kristen, mereka berasumsi bahwa kenabian Muhammad merupakan
tantangan terbesar bagi Yahudi-Kristen dalam mempercayai klaim tersebut. Begitu
juga terhadap ajaran yang dibawa dan yang di sampaikan Nabi Muhammad sangat bergantung
kepada agama terdahulu baik itu Yahudi dan Kristen. Pada kenyataannya tuduhan
itu sangat tidak mendasar, melihat ajaran yang dibawa oleh nabi Muhammad justru
sebagai imam daripada ajaran Yahudi dan Kristen yang sudah banyak di-distorsi
oleh karangan dan saduran tangan manusia yang ingin mencocokkan kitab sucinya
sesuai penafsiran agama mereka sendiri.
Untuk melihat Bag 2 klik Disini