Oleh: Sofian Hadi
Mahasiswa Universitas Darussalam (Unida) Gontor
Tidak dapat dipungkiri tuduhan-tuduhan awam terhadap Nabi
Muhammad, Al-Qur’an dan Islam akan tetap
dilontarkan oleh orientalis Barat. Hal ini sudah banyak dilakukan sejak
dahulu kala. Memang upaya para orientalis dalam merespon dan mematahkan
pernyataan-pernyataan dari al-Qur’an secara ilmiyah dan terus menerus. Hal ini
disebabkan karena mereka berpijak pada pre-assumption Barat. Artinya,
prinsip dasar bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan Al-Qur’an adalah
firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw secara verbatim
tidak menjadi asas bagi kajian mereka. Hal ini bisa dipahami, sebab dengan mengakui
kerasulan Nabi Muhammad Saw berarti mereka mengakui Islam sebagai agama
terkahir.
Lebih lanjut
Robert Spencer menulis;
“Many observers throughout history have noted the numerous and
obvious similarities between Islam and Judaism, including the “Pure” monotheism,
the line of prophets, the proliferation of laws, the facing toward the holy
city for prayer, and more. Muhammad no doubt had extensive contact as a young
merchant, as well as later as a fledgling prophet, with the powerful Jewish
tribes in and around Mecca. Muhammad respected them and sought their approval
of his prophetic mission”
Terjemahan
Indonesianya;
Banyak pengamat di sepanjang sejarah telah memperhatikan banyak kesamaan
antara Islam dan Yudaisme, termasuk monoteisme “murni”, urutan nabi-nabi,
proliferasi hukum, arah kiblat ke kota suci saat bersembahyang, dan banyak
lagi. Tidak diragukan lagi Muhammad mempunyai kontak ekstensif sebagai seorang
pedagang muda, demikian pula saat ia menjadi Nabi, dengan suku-suku Yahudi yang
kuat yang tinggal di dalam dan di sekitar kota Mekkah. Muhammad menghormati
mereka dan berusaha mendapat restu mereka untuk misi profetis atau
kenabiannya”.
Dalam paragrap ini, Spencer menerangkan sikap kesamaan uamt Islam
dan kaum Yahudi atas monotheis. Jika dilihat kepada sejarah ajaran Yahudi yang
disampaikan oleh nabi Musa telah banyak ditinggalkan oleh Yahudi. Jika sikap
monotheis ini sama seperti Yahudi, kenapa kaum Yahudi menolak ajaran Nabi
Muhammad? Padahal sebenarnya keturunan Yahudi dan keturunan Nabi Muhammad digambarkan dari
antara saudara mereka sendiri.
Namun pada kenyataannya Yahudi menolak menyembah
kepada Allah yang satu seperti yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Maksud dari diantara
saudara mereka sendiri menurut panjelasan Ahmad Deedad dalam kuliahnya
yang berjudul “What the bible says about Muhammad?” Ahmad Deedad
menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim mempunyai dua istri yaitu Siti Sarah dan Siti
Hajar. Sarah melahirkan nabi Ishaq dan Siti Hajar melahirkan nabi nabi Ismail.
Nabi Ishak melahirkan keturunan Yahudi dan nabi Ismail melahirkan keturunan Arab.
Jika nabi Muhammad mengikuti agama Yahudi yang monotheist lantas
kenapa orang-orang Yahudi tidak mau mengikuti kitab suci mereka bahwa aka nada
ramalan tentang kedatangan Muhammad? Anehnya, orang Yahudi tidak mau menerima
Muhammad sebagai Nabi dan membawa risalah monotheis tersebut. Kejanggalan
Robet Spencer dalam menjelaskan ini terlihat dari sikap dia yang berfikir
cenderung sporadis atau kacau.
Selanjutnya, penjelasan tentang direction of worship atau
kiblat yang sama dengan Yahudi, memang pada awalnya arah qiblat Muslimin adalah
ke Baitul Maqdis di Yarussalem. Akan tetapi, orang-orang Yahudi selalu mengejek
dan mengolok-ngolok kaum muslimin yang datang beribadah ke Yarussalem. Itu
karena Yahudi mempunyai sikap dan sifat sombong, selalu menganggap diri mereka sebagai
anak Tuhan. Dapatlah kita melihat titik temu bahwa Yahudi lebih sombong dan
tidak mau patuh kepada penciptanya. Maka hal inilah yang membuat nabi Muhammad termenung
dan meminta dalam hati kepada Allah untuk pindah kea rah Kiblat yang sekarang
dikenal dengan Ka’bah. Hal ini dijelaskan di dalam surat Al-Baqarah ayat 144.
قَدْ نَرَى
تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاء فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ
وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
“Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu
ke arah Masjidil Haram.” Dalam paragrap terakhir tentang perkataan Spencer; Muhammad no
doubt had extensive contact as a young merchant, as well as later as a
fledgling prophet, with the powerful Jewish tribes in and around Mecca.
Muhammad respected them and sought their approval of his prophetic mission” Spencer
menyebutkan bahwa Nabi Muhammad menghormati suku-suku Yahudi yang tinggal diluar dan di dalam Mekkah, dan berusaha mendapat restu untuk misi kenabiannya.
Kalimat ini merupakan gagasan yang tidak mendasar. Tidak pernah Nabi Muhammad
sebelum masa masa kenabiannya atau setelah masa kenabiannya meminta restu dalam
misi kenabiannya. Spencer hanya membuat sebuah pernyataan yang dangkal dan
tidak masuk akal.
Kalau memang nabi Muhammad berusaha meminta restu untuk misi
kenabiannya, maka tidaklah hal itu tidak bisa dikatakan sebagai nabi karena
pada prinsipnya seorang nabi itu tidak pernah berharap meminta persetujuan dari
manusia. Faktanya, nabi Muhammad tidak pernah meminta restu kepada orang Yahudi
tersebut.
Tudahan yang dilontarkan oleh Spencer senada dengan apa yang di
katakana oleh Peter, pendeta di Maimuma pada tahun 743 menyebut nabi
Muhammad sebagai nabi palsu. Yahya Al
Dimasyqiy, atau yang lebih dikelan dengan John of Damascus (m.740) juga menulis kedalam bahasa Yunani kuno
kepada kalangan Kristen ortodoks bahwa Islam mengajarkan anti-kristus. Dia juga
berpendapat bahwa Muhammad adalah Nabi penipu kepada orang arab yang bodoh.
Dan beberapa orientalis lain seperti Pastor Badedari Inggris juga pernah menulis hal yang sama tentang kejelekan yang sama.
Penutup
Setelah melihat beberapa konteks pembahasan yang di lontarkan oleh
Robert Spencer, dalam bukunya The Truth about Muhammad, maka dapat disimpulkan
bahwa kaum orientalis tidak pernah berhenti dalam melakukan pembelaan terhadap
pemikiran mereka yang sebenarnya lebih berbahaya jika tidak dilawan dan
diluruskan oleh para Muslim Scholar atau Sarjana Muslim. Beberapa
argument yang dilontarkan dalam buku ini memberikan dampak negative terutama
bagi umat Muslim, dan saatnya kaum muslim mulai menulis dan memberikan pelurusan
tentang beberapa fakta sejarah atas tuduhan kaum orientalis tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar