Oleh: Sofian Hadi
Mahasiswa Pascasarjana University of Darussalam (Unida) Gontor
“Islam adalah
satu-satunya agama yang di terima disisi Allah.” [Al-Imran, 19]. “Dan barang
siapa yang mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima dan di akherat dia termasuk orang-orang yang merugi.
[Al-Imran, 85]. Di dalam hadits Rasulullah Saw berkata; “Islam itu tinggi dan
tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya. Dengan jelas dan bernas Islam sebagai
sebuah agama dan keyakinan memposisikan dirinya. Tidak skeptis dan tidak pula
sofis.
Sebagai sebuah agama, Islam menuntun para pemeluknya untuk yakin dengan
kebenaran dan melawan segala bentuk kepalsuan atau yang menentang kebenaran
tersebut. Menantang bukan dalam artian melawan, tapi membela terhadap keyakinannya.
Kerena, ketika dia membela kayakinannya, berarti dia telah membela kebenaran.
Kebenaran yang lahir dari keyakinan tentang agamannya, yaitu Islam. Sejatinya,
seperti itulah sikap muslim sejati. Keyakinan akan membuatnya berani, tidak
ciut menantang maut. Tidak gentar sekalipun bertengkar.
Tak dapat disangsikan, hingar-bingar
dunia seni bela diri UFC, yang diopersikan oleh William Morris Endeavou telah
menayangkan sebuah pertarungan akbar antara Khabib Nurmagemedov asal Rusia kontra
Conor McGregor dari Irlandia. Bahkan bingar pertandingan kedua petarung ini
telah bergaung beberapa bulan sebelumnya. Para analisator membuat
prediksi-perediksi tentang siapakah yang akan memenangkan pertandingan
tersebut, baik dari kubu Gregor maupun Khabib. Dan hasilnya Khabib Nurmagomedov berhasil keluar sebagai pemenang. Khabib
mengukuhkan kemenangan dengan rear naked choke atau kemenangan dengan mengunci leher musuh di round ke 4. Kemengangan
atas Gregor memperpanjang karir bertarung Khabib dengan rekor tanpa pernah terkalahkan.
Terlepas dari kemenangan yang di peroleh Khabib, hal tak terduga terjadi pasca
pertandingan usai. Khabib tiba-tiba meloncat keluar dari octagon dan
terbang menyerang kubu pelatih McGregor. Sebuah aksi yang sangat berani yang
dilakukan oleh Khabib. Tentunya aksi tersebut banyak mendapat respon negative dari para elite yang
menamakan diri mereka dengan sebutan ‘para profesional.'
Sontak saja media internasional dan lintas
nasional memuat berita heboh tentang aksi Khabib tersebut. Tony Ferguson
petarung UFC memberikan komentar “Mereka seharusnya professional” dia
menambahkan “Celaan McGregor sebelum laga soal agama, negara dan ayah Khabib,
bukan alasan petarung asal Rusia tersebut bersikap brutal seperti itu”
cetusnya. Cemooh yang tidak kalah pedas juga datang dari president UFC Dana
White, “Nurmagomedove seharusnya dapat menahan emosi” dia juga mengatakan bahwa
“Khabib konyol.” Serta beberapa komentar tajam yang menyudutkan Khabib.
Jika
dilihat secara jernih akar masalah yang melatarbelakangi tindakan Khabib
Nurmagomedov, tentunya tindakan tersebut lebih “professional” dari yang mereka
tuduhkan. Kenapa seenaknya saja mereka mengatakan “Khabib tidak professional!”
“anda tidak professional!” Hingga kata “professional” tersebut menjadi dalih
pembelaan dalam melanggar norma keyakinan sekalipun, dan mereka mengatakan tidak
professional dengan tindakan tersebut. Sangat naif. Dan disinilah perangkapnya.
Karena makna kata “professional” tersebut bermasalah serta penuh jebakan.
Untungnya Khabib tidak terjebak dengan kata professional itu, dia justru
bersikap sangat professional dalam membela agama, keluarga dan negaranya.
Muslim akan dikatakan tidak professional, jika
sedang membela keyakinan dan agamanya. Muslim akan di tuduh tidak professional
jika ia masih membawa Agama dalam sebuah pertandingan. Muslim akan di cap tidak
“professional” jika tidak meneguk secangkir bir atau alcohol. Dengan dalih
“professional” juga mereka memaksa Muslimah untuk membuka jilbab dan auratnya
dalam sebuah game atau ajang perlombaan. Sebuah perangkap busuk dan
menjijikkan. Bukankah ini jebakan berbahaya bagi keyakinan Muslim. Kita akan di
bungkam ketika agama atau keyakinan kita dilecehkan dan di permainkan. Muslim
akan di hina jika Agama di bawa dalam ajang kontestasi apapun, termasuk dalam
dunia politik, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya.
Barat mendefinisikan seenaknya makna kata
“Professional” dan tidak sedikit dari kaum Muslim terjebak dengan ungkapan yang
berbau perangkap tersebut. Apa yang dilakukan Khabib merupakan sebuah pembelaan
terhadap Agama yang dianut. Ghiroh atau kecemburuan Khabib terhadap agamanya
meluap saat keyakinnya dilecehkan dan direndahkan. Mestikah sebagai Muslim
bersikap professional ketika Islam di hina? Mestikah kita professional ketika
keluarga kita di cela? Jika hati kecil kita tidak terpanggil untuk membelanya,
maka sikap terhadap kepercayaan Agama yang anda anut boleh jadi bermasalah dan
mestinya dipertanyakan. Bisa jadi kepercayaan yang kita anut tidak ada
harganya. Kepercayaan kita pegang tidak ada nilai dan kehormatannya. Bukankah ini
bertentangan dengan keyakinan yang telah diperjuangkan oleh para ulama dan para
ambiya.
Harga
sebuah keyakinan itu penting. Jangan sekali-kali meremehkannya. Berjuanglah
membelanya. Bukan berjuang membiarkannya, atau berjuang tidak menegakkanya.
Jika kita sanggup untuk membelanya maka itulah yang terbaik. Daripada terkoyak
dalam kehinaan dan kerendahan. Dalam bukunya “Ghirah” Buya Hamka menjelasakan
makna Ghirah cemburu karena Allah;
“Jika
ghirah tidak dimiliki lagi oleh bangsa Indonesia, niscaya bangsa ini akan mudah
dijajah oleh asing dalam segala sisi. Jika ghirah telah hilang dari hati,
gantinya hanya satu yaitu kain kafan. Sebab, kehilangan ghirah sama dengan
mati!”
Ungkapan Buya Hamka membuka mata dah hati kita.
Bahwa tantangan inilah yang sulit dihadapi oleh bangsa Barat. Dengan jelas
mereka ingin melepas Ghirah dalam dada kaum Muslim, sayangnya mereka justeru
menuduh dengan dalih tidak “professional.”
Boleh jadi para elite “professional” melihat
itu sebagai kekonyolan atau tindakan biadab. Namun, ketahuilah hal itu lebih
beradab dari yang mereka tuduhkan, karena hal itu adalah bentuk dari sebuah
tindakan keadilan. Dan keadilan itu pengertiannnya adalah menempatkan sesuatu pada tempatnnya. Khabib Normagomedove
telah membuktikan dia beradab dan lebih professional. Karena dia telah
mengajarkan kepada dunia tentang makna professional dalam arti yang sesungguhnya,
yaitu menujukkan ghirah serta tidak rela agama yang dipilihnya dihina dan
dilecehkan. Perlu dicatat, bagi dunia Barat, melecehkan agama atau keyakinan itu bukanlah
sebuah pelanggaran. Bukanlah sebuah
pelecehan. Maka tidak heran, mereka tidak mempunyai harga terhadap kepercayaan
yang mereka yakini. Naif!
Hingga artikel ini di unggah, tidak ada media yang mendukung mengenai apa yang dilakukan Khabib. Tanpa sadar kita telah di perbodoh oleh jebakan atas nama gelar. Namun lagi-lagi Khabib membuktikan bahwa dia tidak mudah di bodohi dan di pecundangi. Dia buktikan bahwa kepercayaan agamanya lebih besar daripada hanya sekedar gelar yang tidak ada apa-apanya. Hingga presiden, pelatih, Muslim penjuru dunia dan keluarganya bangga dengan tindakan pembelaanya atas rasis yang di lontarkan kubu penentang, dan hanya mereka yang mendukung.
"Alhamdulillah, Alhamdulillah.. Allahuakbar" kalimat itulah yang selalu di ucapkan Khabib setiap kali memenangi pertandingan di arena octagon. @BravoKhabib!
Alhamdulillah... karya anda sungguh luar biasa brother..
BalasHapusAlhamdulilah.. Alhamdulillah.. Allah gives me everything, kata Khabib.
HapusThanks brader. You're the best too