Oleh: Fadhil Sofian Hadi
Rasulullah
Saw selalu berdo’a kepada Allah.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ
لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ
مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ
الدُّنْيَا.
“Ya
Allah. Anugerahkanlah kepada kami rasa takut kepada-Mu, yang dapat menghalangi
antara kami dan perbuatan maksiat kepada-Mu, dan (anugerahkanlah kepada kami)
ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan Kami ke surga-Mu dan (anugerahkanlah
pula) keyakinan yang akan menyebabkan ringannya bagi kami segala musibah dunia
ini.”
Kisah
ini mengajarkan kita tentang kuatnya keyakinan Abu Darda Uwaimir al-Anshari akan
janji Allah kepada hamba-Nya yang rela menukar hartanya di dunia dengan syurga
di akherat. Dikisahkan ketika Rasulullah
memimpin kota Madinah, saat itu Rasulullah menyampaikan kepada para sahabat
bahwa akan diadakan pelebaran jalan kota tersebut. Dan masyarakat umum diminta untuk
merelakan sedikit bagian tanah di depan rumah mereka masing-masing untuk kemaslahatan
umum.
Tanpa
menunggu lama, setelah mendapat amanat para sahabat pun berpencar mengumumkan pesan
dari Rasulullah Saw dan sebagian besar warga
pun menyambut baik niat dan maksud daripada Rasulullah. Selang beberapa jam, para
sahabat kembali lagi ke istana setelah memberikan pengumuman penting itu.
“Alhamdulillah
kami telah menyampaikan pengumuman kepada masyarakat Madinah tentang pelebaran
jalan. Mereka menyambut baik maksud dan niat Rasulullah” lapor salah seorang
sahabat. “Akan tetapi, kami menemukan satu masalah wahai Rasulullah, ada salah
seorang penduduk yang tidak mau memberikan separoh dari tanah pekarangan di
depan rumahnya. Kami sudah menjelaskan, tapi tetap dia keras kepada tidak mau
melepas separoh dari tanah itu wahai Rasulullah.”
“Kembalilah
kepadanya, dan katakan bahwa aku yang menyuruhnya” perintah Rasulullah kepada
sahabat tadi. “Baiklah wahai Rasulullah” sahabat itu pun kembali kepada warga
yang tidak mau mengikhlaskan separoh tanahnya untuk kepentingan umum itu. Namun
sudah tiga kali sahabat itu bolak-balik, tetap saja warga itu keras kepala
tidak mau memberikan sedikit tanahnya untuk kepentingan khalayak. Lantas,
sahabat tadi kembali lagi melaporkan penolakan itu kepada Rasulullah.
Mendengar laporan sahabat, dengan rasa penasaran
Rasulullah pun meminta untuk diantarkan kepada warga yang menolak mewakafkan
tanahnya. Setelah itu Rasulullah dan beberapa sahabat Umar, Abu Bakar termasuk Abu
Darda ikut menemani di belakang Rasulullah Saw. Tanpa terasa mereka telah
sampai di depan rumah warga yang membangkang itu. Rasulullah pun langsung
bertanya;
“Apa
gerangan yang membuat mu tidak mau memberikan separoh tanah depan rumah mu
untuk kemaslahatan umum wahai hamba Allah?”
“Wahai
Rasulullah, aku hanya rakyat biasa, bukanlah keinginanku membangkang perintahmu.
Cobalah engkau lihat sendiri wahai Rasulullah, tanaman kurma di depan rumahku
ini tumbuh lebat dan selalu berbuah lezat. Subur nan rindang. Tidak seperti
tanaman kurma di belakang rumahku yang tumbuh tidak terlalu subur. Dan aku
tidak ingin tanaman kurma ku ini tumbang. Inilah alasanku wahai Rasulullah.
“Jadi
itu alasanmu tidak mau melepas separoh dari tanahmu, wahai hamba Allah.”
“Benar
wahai Rasulullah”
“Baiklah,
bagaimana jika Allah yang akan mengganti tanaman kurma mu ini dengan tanaman pohon
kurma di syurga yang lebih lebat dan berbuah lezat” Rasulullah mencoba membuat
tawaran dengan pemilik kurma itu. Pemilik kurma itu menyimak dengan seksama
tawaran dari Rasulullah. Tetapi selang beberapa saat dia menjawab.
“Sekali
lagi hamba mohon maaf wahai Rasulullah, hamba tetap tidak ingin menukar tanaman
kurma hamba yang lebat ini dengan tanaman kurma di syurga wahai Rasulullah”
jawabnya. Rasulullah terheran-heran dengan warganya itu. Sudah di janjikan
dengan pohon kurma di syurga tetap saja dia tidak mau. Rasulullah kemudian
membuat tawaran yang kedua kalinya. Hingga pada tawaran yang ketiga kali. Namun,
tetap saja lelaki itu tidak mau melepaskan separuh tanahnya untuk kemaslahatan
umum. Sahabat yang datang bersama Rasulullah nampak kesal dengan keputusan
warga tersebut.
Sesaat
sebelum mereka (para sahabat) beranjak meninggalkan lelaki itu, salah seorang
sahabat, yakni Abu Darda yang mendengar percakapan Rasulullah dengan pemilik
pohon kurma itu, dengan penasaran Abu Darda bertanya kepada Rasulullah Saw.
“Wahai
Rasulullah. Apakah sekiranya tawaran janji balasan di syurga itu juga berlaku
untukku, jika aku yang memiliki pohon kurma ini?” tanya Abu Darda kepada
Rasulullah.
“Iya,
itu juga berlaku untukmu wahai Abu Darda” Terang Rasulullah.
Karena
sudah tidak bisa meyakinkan warga tadi akhirnya Rasulullah pun meninggalkan
tempai tersebut. Hanya Abu Darda sendiri yang masih berdiri di tempatnya. Lalu,
diam-diam Abu Darda mendatangi laki-laki yang tidak mau melepas separoh
tanahnya itu dan berkata;
“Wahai
sang lelaki, kau tahu siapa aku?”
“Siapa yang tidak tahu engkau wahai Abu Darda.
Orang yang kaya raya di Madinah. Tanaman dan kebun kurma mu terluas dan
terlebat di kota ini”
“Kalau
kamu sudah tahu siapa aku, maka saksikanlah, saat ini juga silakan kau ambil
semua kebun kurmaku. Dan ikhlaskan tanaman kurma ini untukku.” Nampak laki-laki
itu tak percaya. Ia bengong. Dan berfikir pastilah Abu Darda sedang bercanda. Dengan
wajah canggung lelaki itu kembali berkata kepada Abu Darda;
“Wahai
Abu Darda janganlah kau bercanda. Mana mungkin kau akan menukarkan Kebun dan
pohon kurma mu yang lebat itu dengan satu pohon kurma ku ini. Dan engkau memang
benar-benar sedang bergurau”
“Saksikanlah.
Mulai sekarang, bawalah barang-barangmu, tinggallah di sana dengan pohon kurma
yang lebat itu. Dan seranag juga aku akan mengajak istriku untuk tinggal di
tempatmu ini” kata Abu Darda. Maka bukan kepalang girangnya lelaki itu. Sesaat
kemudian, mereka membuat akad dan kesepakatan, bahwa tanah itu telah halal
menjadi milik Abu Darda.
Setelah
kejadian itu, salah seorang sahabat kembali melapor kepada Rasulullah. Sahabat
itu mengatakan kalau tanahnya untuk tadi sudah bisa di gunakan untuk kemaslahatan
umum. Rasulullah nampak penasaran kenapa bisa demikian. Sabahat itu menjelaskan
bahwa Abu Darda lah yang telah menghalalkan tanah itu. Rasulullah pun tersenyum, “Abu Darda akan mendapatkan
phon kurma yang lebat dan luas di syurga kelak”
Begitulah
kuatnya keyakinan seorang Abu Darda. Dia yakin dengan janji Allah. Tak pernah ragu
dengan perkataan Rasulnya. Dalam sebuah riwayat, salah seorang sahabat pernah
bermimpi, jika ia melihat sebuah kebun yang indah nan rindang , seluas mata
memandang. Lantas sahabat tersebut menceritakan kepada Rasulullah. “Itulah
kebun kurma Abu Darda yang dijanjikan Allah di syurga” jelas Rasulullah.
Wallahua’lam Bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar