Oleh: Fadhil Sofian Hadi
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Darussalam (Unida) Gontor
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
.وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا. وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً
.وَاتَّقُوا
اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ
وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
فَإِنْ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ
الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا
وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ
نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ،
وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
Kaum
Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah..
Rasulullah Saw pernah bersabda;
“Latuftahannal
Qonstatiniyyiin
Wani’mal Qoid Qo’iduha
Wani’mal Jaiz
Jaizuha”
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam.
Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin. Dan pasukan yang
berada di bawah komandonya, adalah sebaik-baik pasukan.”
Setelah 53 hari berperang, akhirnya pada tanggal 29 Mei 1435. Konstantinopel
di taklukkan oleh seorang sultan yang baru berumur 29 tahun. Sehari setelah
penaklukkan Konstantinopel tersebut, tepatnya pada taanggal 30 Mei 1435 sultan
dan para bala tentaranya, bersiap-siap akan mendirikan shalat Jum’at. Panglima,
Sultan Muhammad Al-Fatih mempersilahkan Gurunya menjadi Imam Shalat Jum’at tersebut.
Namun, sang Guru menolak, dan meminta supaya mencari orang yang lebih bertakwa
dari dirinya.
Kaum Muslimin Jmaa’ah Jum’at Rahimakumullah
Mendengar penolakan dari sang guru, lantas Sultan Muhammad Al-Fatih keluar
menuju halaman masjid, dan mengumpulkan seluruh bala tentara, termasuk
masyarakat Muslim Istambul pada waktu itu. Apa yang di lakukan oleh Sultan
Al-Fatih terhadap Bala tentaranya dan masyarakat Istambul adalah,
meminta mereka semua berdiri dan bersiap-siap menjawab 3 pertanyaan
yang akan di lontarkan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih.
1. Pertanyaan
pertama yang di lontarkan oleh panglima al-Fatih adalah. Siapakah diantara kalian yang pernah meninggalkan
salat Fardu 5 waktu, supaya duduk di tempatnya masing-masing. Mendengar
pertanyaan tersebut, para bala tentara dan kaum muslim. Tidak ada satupun dari
mereka yang duduk. Walau pertanyaan itu di ulang, namun tetap tidak ada satupun
dari bala tentara dan Muslim saat itu tang duduk. Artinya, tidak
ada satupun, dari bala tentara dan masyarakat muslim saat itu pernah meninggalkan
shalat fardu 5 waktu.
2. Pertanyaan
kedua, yang di lontarkan panglima Sultan Muhammad Al-Fatih adalah, Siapakah di antara kalian
yang pernah meninggalkan shalat sunnat Rawatib? Agar duduk di
tempatnya masing-masing. Dan setengah atau separoh dari bala
tentara, dan masyarakat Muslim saat itu duduk. Artinya, setengah dari mereka tetap
menjaga atau mendirikan shalat Sunnah Rawatib.
Kaum Muslimin Juma’ah Jum’at Rahimakumullah
3. Pertanyaan
terakhir yang di lontaran oleh Sultan Muhammad Al-Fatih kepada bala tentaranya yang
masih berdiri adalah. Siapakah diantara kalian yang pernah meninggalkan shalat
Tahjjud? Supaya duduk di tempat.
Mendengar pertanyaan ketiga tersebut, maka mereka para bala tentara
dan masyarakat Muslim yang masih separoh berdiri, semuanya duduk. Hanya
Tinggal Sultan Al-Fatih sendiri yang masih berdiri tegap.
Yang menarik adalah,
ternyata pemimpin yang mampu menaklukkan Konstantinopel adalah Pemimpin yang tidak pernah meninggalkan shalat Fardhu
5 Waktu. Pemimpin yang tidak pernah meninggalkan shalat Sunnah Rawatib
dan Pemimpin yang tidak pernah meninggalkan Shalat Tahajjud.
Kaum Muslimin Juma’ah Jum’at Rahimakumullah
Apa yang telah di ramalkan Rasulullah Saw, mengenai penaklukkan Konstantinopel
oleh sebaik-baik pemimpin dan bala tentaranya, adalah kepemimpinan Islam di
bawah komando Sultan Al-Fatih.
Kenapa Rasullullah Saw membicarakan Konstantinopel? Ternyata
Konstantinopel saat itu, sedang di perebutkan lebih dari 19 bangsa di dunia,
dan tidak ada satupun bangsa yang berhasil menaklukkannya. Karena tempatnya yang
luar biasa strategis, yang harus melewati selat Bosporus, dan letak
Konstantinopel berada di dua benua Eropa dan
Asia. Dan di situlah Romawi Timur sedang Jaya-jayanya. Tahun 1435
akhirnya, Konstantinopel ditaklukkan oleh seorang pemuda yang baru berusia 29
tahun. yaitu panglima Sultan Muhammad Al-Fatih.
Kaum muslimin Jamaah shalat Jum’at Rahimakumullah
Hal lain yang perlu menajadi catatan adalah, kita akan berbicara
masalah kepemimpinan Umat Islam, sebab Islam adalah agama yang tidak hanya
mengurusi masalah Ibadah. Islam adalah agama dan sekaligus peradaban.
Islam mengurusi Ibadah kepada Tuhan, dang mengurusi kehidupan umat
Islam dari seluruh aspeknya.
Artinya Islam juga memikirkan Politik,
Islam juga memikirkan Ekonomi,
Islam memikirkan hubungan keluarga dan Rumah tangga.
Islam memikirkan masalalah Kesejahteraan.
Budaya, Sosial. Dan tidak ada satu aspek pun, dalam kehidupan ini
yang tidak di sentuh oleh ajaran Islam.
Oleh
sebab itu, ber-Islam adalah ber-Kehidupan, secara ber-Adab..
Kepemimpinan
di dalam Islam juga menjadi tanggung jawab seluruh Umat Islam, hadist yang
sangat populer dan sangat jelas, mengingatkan kepada kita.
“Ingatlah,
setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta tentang
kepemimpinannya.”
“Kullukum
Raa’in, Wakullukum Mas’ulun ‘an Raiyyatihi”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Suami
adalah pemimpin keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggng jawabannya.
Wanita
adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suaminya dan anak-anaknya. dan ia
akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.
Dan
ingatlah, bahwa setiap kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.
Berarti
setiap orang dari Muslim, adalah pemimpin, sekecil apapun apa yang di
pimpinnya.
Kaum
Muslimin Jamaah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Salah
satu ciri dari pemimpin adalah ,orang yang ber-iman, dan ber-amal sholeh. Dalam
Qur’an Ssrah Nur ayat 55 Allah berfirman:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh. Bahwa Dia sungguh- sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka.”
Maka sejatinya,
orang-orang yang menjadi pemimpin di kalangan umat Islam adalah, orang yang
ber-Iman dan ber-Amal sholeh.
Artinya, bahwa orang-orang itu mempunyai keyakinan kepada Allah
yang tertinggi, di kalangan Umatnya. Orang yang paling beriman itulah
sesungguhnya, yang ber-hak menjadi pemimpin umat Islam.
Selain itu adalah, orang-orang yang jika kami teguhkan ke-pe-mimpinannya,
artinya, umat ini harus memilih pemimpin di muka bumi, mereka yang menegakkan
shalat, menunaikan Zakat, menyuruh Amar Ma’ruf nahi Mungkar. Artinya, Memimpin
yang menyuruh kepada kebaikan, dan dan mencegah kepada kemungkaran.
Hal ini di terangkan dalam Qur’an Surat Al-Haj ayat 41.
Kaum Muslimin Rahimakumullah..
Jadi, seorang pemimpin, bukan hanya
mengurusi Negara, Lembaga, atau Institusi, tapi dia secara pribadi, adalah
orang yang Memimpin atau menjadi Imam ketika mendirikan shalat. Orang yang
mengeluarkan Zakat dan orang yang ber-amar Ma’ruf nahi mungkar.
Karena pemimpin yang melakukan tiga
hal ini, akan jauh dari tindakan maksiat, dan kemaksiatan akan menjauhi
lingkungan yang di pimpinnya.
Pemimpin yang mendirikan shalat
pasti dia tidak akan melakukan korupsi. Karena shalat itu cermin ketaatan, dan
keimanan kepada Allah Swt.
Selain itu, pemimpin juga harus jujur,
karena Rasulullah Saw menegaskan, “Tiada seorang yang di-Amanati Allah memimpin
rakyat, kemudian ketika ia mati masih menipu rakyatnya melainkan pasti Allah
akan mengharamkan baginya Syurga.”
Pahala pemimpin memang besar, tapi
dosa pemimpin, juga sangat besar.
Kemudian, seorang pemimpin juga harus bersikap adil.
Rasulullah Saw bersabda, “Ada 7 golongan orang yang diberikan naungan oleh
Allah, pada hari yang tiada hari naungan kecuali naungannya. Diantaranya adalah
seorang pemimpin yang adil.” Ternyata, tinggi sekali pahala seorang pemimpin di
kalangan umat Islam. Namun, apabila melakukan tindakan yang tidak adil,
Seperti, tidak memberikan hak kepada orang yang di pimpinnya, maka balasannya
juga sangat kejam.
Kaum Muslimin Jama’ah shalat Jum’at
Rahimakumullah..
Selanjutnya, Rasulullah Saw Bersabda; “Sesungguhnya orang-orang
yang berlaku Adil, kelak di sisi Allah, ditempatkan di atas mimbar dari cahaya,
ialah mereka yang adil terhadap hukum terhadap keluarga, dan atas apa saja yang
di-Kuasakan kepadanya.”
Ternyata sangat tinggi, Maqom
seorang pemimpin yang adil dan bertakwa kepada Allah.
Oleh sebab itu, Ramalan Rasulullah terhadap
kemenangan Sultan Al-Fatih, betul-betul menunjukkan, bahwa ternyata dengan ke-Imanan
dan amal sholeh itu, Sultan Al-Fatih mampu menaklukkan kerajaan Romawi yang
sangat Besar. Kerajaan Romawi yang di-perebutkan oleh 19 bangsa di dunia, dan
tidak satupun yang berhasil. Kecuali, berhasil di taklukkan oleh seorang
komandan yang bersusia 29 tahun, Umur yang sangat muda, tetapi dia adalah
seorang yang beriman dan beramal sholeh, serta bertakwa kepada Allah Swt.
Jadi sesungguhnya, kepemimpinan di
dalam Islam, itu harus di pegang oleh orang beriman sekaligus beramal sholeh,
dan ber-Amanah. Bukan orang yang alim. Karena tidak semua orang yang alim mampu
memegang amanah kepemimpinan, sebab di dalam kisah seorang sahabat nabi bernama
Abu Zar Al-Gifari bertanya kepada Rasulullah.
“Ya
Rasulullah.. tidak kah kau memberi aku jabatan, maka Rasulullah, menepuk bahu Abu
Zar Al-Gifari, dan mengatakan, Hai.. Abu Zar kau adalah orang yang lemah, dan
jabatan itu sebagai amanat, yang pada hari kiamat, akan menjadi penyesalan dan
kahinaan. Kecuali di pikul oleh orang-orang yang dapat menunaikan hak dan
kewajibannya dan memenubi tanggung jawabnya.”
Kita tahu, bahwa Abu Zar Al-Gifari
adalah orang yang Alim, tetapi Rasulullah mengatakan, bahwa ke-Aliman abu Zar
belum tentu, sesuai dengan kekuatannya dalam memegang amanah.
Maka tidak semua ulama, mempunyai
kemampuan, menjadi seorang Umaro’.
Kaum Muslimin Jamaah Shalat Jum’at
Rahimakumullah
Pada akhirnya, ketika kita berbicara
kepemimpinan berarti kita berbicara Peradaban Islam atau Peradaban Fitrah. Peradaban
Islam harus menuju pada satu misi yaitu peradaban yang Rahmatan Lil Alamiin. Yang
ramah terhadap semua golongan dan adil terhadap agama apapun. Dan berlandasakan
kataatan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
Barakallahu lakum fil Qur’anil
Karim.
Khutbah kedua.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيْئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُوْلُ الله.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
Hadirin Rahimakumullah..
Setelah kita uraikan, apa yang menjadi ciri dari pemimpin di
dalam Islam, maka dapat kita simpulkan, bahwa seorang pemimpin di dalam Islam,
seharusnya, idealnya, adalah pemimpin yang kuat imannya dan tinggi Amal
sholehnya.
Seorang pemimpin, adalah orang yang taat kepada
Allah, secara pribadi. Dan memfasilitasi masyarakat untuk taat kepada Allah.
Kita berdo’a semoga Allah memberikan
kepada Bangsa kita pemimpin yang Adil dan Amanah, Beriman dan Beramal Sholeh.
Innallahawamalaikatahu Yusollu na alannabi. Ya ayuhalladzi naamanu Shollu Alaihi Wataslimu Taslimaa..
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ