Sabtu, 25 September 2021

Islam Phobia, Isu yang Terus Digoreng

 

Oleh: Fadhil Sofian Hadi

Mahasiswa Pascasarjana  Unida Gontor


Islam Paranoid atau yang lebih di kenal dengan Islamphobia adalah istilah kontroversial yang disematkan kepada Islam. Terma ini merujuk kepada prasangka dan diskriminasi kepada agama (Islam) dan Muslim[1]. Perbincangan dan maraknya wacana ini sebenarnya sudah di mulai semenjak tahun 80-an. Namun semakin familiar dan popular pasca serangan 11 September 2001 yang menghantam World Trade Center (WTC) New York City dan gedung Pentagon. Kasus Islamphobia ini semakin menyebar di negara-negara besar di Amerika, Eropa, Afrika bahkan di negara-negara di Asia.

Di Prancis Muslim dilarang memakai jilbab, di bagian Afrika terutama di Afrika tengah ratusan bahkan ribuan Muslim di bantai, dengan cara yang sangat tidak manusiawi, di bakar dan di potong kepala mereka. Na’uzubillah. Di China Muslim dilarang beribadah dan puasa selama Bulan Ramadhan, di Jepang muslim dilarang membangun tempat ibadah (Masjid). Bahkan sampai di Negara kita sendiri di Indonesia sendiri gerakan-gerakan islam paranoid semakin marak di gembar gemborkan terutama di wilayah Papua.

Jika pada tahun 2001 George Walker Bush menjadi pencetus kata “terrorist” yang di tuduhkan kepada kelompok al-Qaedah, dengan dalih itu dia dengan berani memborbardir negara-negara Muslim seperti Afganistan, Irak dan Negara Muslim lainnya, maka baru-baru ini dari Amerika juga ada Donal Trump yang kembali menjadi suksesor islamphobia di negaranya. Peristiwa yang baru-baru ini terjadi di New York Amerika yaitu penembakan terhadap Imam masjid al-Furqan Maulana Akonjee, 55 tahun dan Tharam Uddin, 64 tahun adalah buntut dari islampobia yang di kampanyekan oleh Donald Trump.

“Kaum Muslim mendapat tekanan yang sangat serius semenjak bulan Maret sampai dengan sekaranga, dan dalam kurun waktu itu sudah belasan Muslim yang menjadi korban pembunuhan dan terror yang dilakukan oleh kelompok yang pobia terhadap islam”.  Pidato Zaed Ramadhan ketika pemakaman Jenzah Maulana Akonjee. Sebagai ketua (Council on American-Islamic Relations) CAIR Zaed Ramadhan kembali menegaskan bahwa pembunuhan dan terror yang dilakukan oleh golongan islampobia adalah hasil dari kampanye Trump yang dilakuakan di setiap sudut kota di Amerika.”[2]

Hal senada juga diungkapkan oleh tokoh Muslim Amerika Serikat asal Indonesia Shamsi Ali mengungkapkan bahwa sosok yang sangat bertanggung jawab terhadap penembakan Imam Masjid di New York adalah Donald Trump. Menurut Shamsi, Donald Trum kerap kali dalam setiap pidatonya menyampaikan retorika yang anti Islam dan penuh rasisme.

Hal yang saya bisa pastikan sementara adalah bahwa peristiwa kekerasan ini adalah bagian dari akibat retorika politik anti-Islam yang dilancarkan oleh kubu Republikan, khususnya kandidat presiden Donald Trump. Penembakan ini bukanlah yang pertama, tapi sudah kesekian kalinya. Tidak saja terhadap Muslim, tapi juga terhadap mereka yang dianggap oposisi kulit putih.”[3]

Apa yang terjadi di dunia Islam saat ini adalah sebuah rekayasa besar untuk menjatuhkan Islam di mata dunia. Para orieantalis dengan sengaja membuat makar (tipu daya) untuk mencegah laju pemeluk Islam di seluruh dunia. Setelah melihat fakta terhadap Islampobia yang terjadi di belahan dunia terutama dunia Barat, dapat kita menyimpulkan bahwa semua itu terjadi karena adalah kesalah cara pandang atau worldview terhadap Islam dan kaum Muslim.

Doktrin-doktrin yang dilancarkan oleh para orientalis terhadap Islam menjadi ancaman yang sangat serius yang harus dihadapi oleh kaum Muslim yang hidup di Negara yang minoritas Islam. Namun ada yang menarik dan menjadi fakta tentang Islam di negara-negara barat, yaitu pertumbuhan Islam sangat significant. Bangsa Eropa sekarang sudah menjadi lahan pertumbuhan Islam dan Muslim. Mereka jutru sudah bosan dengan kebebasan. Apa yang terjadi di Amerika dan di Eropa adalah penyakit yang sudah kronis dan sangat parah sekali. Masalah pembunuhan dan pemerkosaan adalah masalah yang sudah biasa terjadi, dikerenakan prisip “freedom” yang di usung atas dasar kebebasan untuk menggapai kebahagiaan. Namun dramatisnya justru mereka tidak menemukan dan mendapatkan kebahagiaan dengan simbol tersebut.

Berkaitan dengan ini, Tokoh Islam ahli perbandingan agama dari Afrika Selatan Almarhum Syekh Ahmad Husein Deedat dalam debatnya dengan seorang postur Kristen Dr. Anish Shorrosh. Ia mengatakan bahwa Islam adalah solusi bagi bangsa Amerika, Eropa dan Barat yang sekarang hidup mereka terkungkung dalam kegelapan. Masalah yang dihadapi oleh bangsa Eropa sekarang cukup membuat mereka terusik karena hidup dalam peraturan (rule) dan hukum yang lahir dari tangan mereka sendiri. Perjudian, pembunuhan, perampokan, pemerkosaan dan kekejaman lainnya sudah menjadi hal yang biasa di dunia Barat. Ahmad Deedad mengatakan “Islam is the solution to your problem”[4] Hal tersebut dikuatkan bahwa Islam adalah agama dengan aturan yang universal dan bukan buatan atau karang manusia.

Kesimpulannya. Islam paranoid atau Islampobia merupakn makar (tipu daya) yang digencarkan oleh para orientalis Barat yang tidak bisa melihat tumbuh dan berkembang di barat. Jika Islam berkembang dan maju maka kebebasan yang mereka anut selama ini akan hilang dan ketika kebebasan itu hilang maka mereka terkungkung dan terpasung dengan peraturan yang notabennya mereka sangat tidak mau dibatasi.

Zakir Naik dalam ceramahnya di Malaysia dengan judul “Why the west is coming to Islam?”

Kemudian ia melanjutkan “Because Islam has the solution to the problem of the West”



[1] Sandra Fredman, Discrimination and Human Rights, Oxford University Press, ISBN 0-19-924603-3, ms.121.

[2] Majalah Tempo Edisi  Agustus 2016 Hal 94

[3] Republika Ahad 14 Agustus 2016

[4] Debat Ahmad Deedad  dengan Dr. Anish Sorrosh