Sabtu, 16 September 2017

Pure Eksotis “Pantai Jelenga” desa Jereweh. Sumbawa Barat

Oleh: Fadhil Sofian Hadi
Mahasiswa Pascasarjana UNIDA Gontor

 

Taliwang. Tidak bisa dipungkiri, melepas kejenuhan selalu menjadi pilihan utama jika penat pun melanda. Inilah yang dirisaukan para traveler atau tourist baik domestik maupun mancanegara. Banyangan destinasi pantai yang alami, pasir putih nan-kemilau, terumbu karang nan-memukau, ombak yang meliuk-liuk manja, kadang tenang dan sebagainya melintas bagitu saja di kepala. Lantas, "Di pantai bagian mana semua itu bisa di temukan?" pikirnya. Terkadang butuh budget besar untuk sekedar mencari lokasi nyaman melepas rasa lelah. Hal ini akan terasa mudah, jika wisatawan punya persiapan subur untuk melancong ke beberapa lokasi eksotis di sudut dunia. Namun, bayangan akan kabur-kabur jika pelancong dalam keadaan "kanker" alias 'Kantong Kere'. Hi hi hi.  Namun, jangan putus harapan dulu, khusus yang mengalami penyakit 'kanker' tetap semangat. Melencongnya di sekitaran Sumbawa Barat saja.

Bagi sebagian orang Indonesia, tidak perlu jauh-jauh berselancar. Karena, di pulau kita sendiri, begitu beragam lokasi cantik dan menarik untuk melepas rasa penat atau jenuh bersama keluarga dan teman sejawat.  Di jamin liburan kalian bakalan menakjubkan. Jika dilihat dari luasnya perairan di Indonesia yang kurang lebih  3.544.743,9 km² menurut data Kemendagri 2010. https://pesonaalamindonesia2.wordpress.com/2017/05/16/seberapa-luas-lautan-indonesia/ Hal ini menakjubkan sebab secara perhitungan Indonesia masuk menjadi negara yang perairannya terluas ke Sembilan di dunia. http://www.libgar.com/2017/07/10-negara-dengan-wilayah-perairan-terluas-di-dunia.html. Melihat begitu luas perairan di negara kita sendiri maka tidak salah, kita harus mencari destinasi wisata yang masih tersembunyi di sudut  daerah kita sendiri. 

Zaman sekarang mah gampang mencari informasi pantai terbaik. Cukup 'klik' di HP bakalan muncul semua. Dari laut Cina Selatan hingga belantik selat Alas Sumbawa. Apalagi didukung oleh sarana transportasi yang serba mudah dan murah. Jika anda para pelancong ingin menggunakan jasa udara maka anda cukup mencari di https://www.tiket.com/ atau https://www.traveloka.com  dijamin semua
kebutuhan transportasi langit dan udara  siap mengantarkan anda menuju dertinasi yang anda impikan. Jika Traveler Lovers berasal dari luar pulau Sumbawa, misalnya dari pulau Jawa, perjalanan udara  ditempuh dalam waktu 55 menit, itu jika pesawatnya take off dari Bandara Internasional Juanda Suarabaya. Secara otomatis akan berbeda jarak tempuh jika Travelers mengambil dari rute lain, kemudian akan landing tepat di Bandar International Lombok. Terdapat banyak penyedia jasa taksi, atah Bus Damri yang akan menuntun Traveler ke lokasi penginapan di Lombok. Rehat sejenak sebelum meluncur ke Taliwang, Sumbawa Barat.
Lombok International Airport

Jika menggunakan transportasi darat pun anda tidak usah membuang waktu dan menacari tiket ke terminal atau datang ke stasiun kereta, semuanya telah tersedia di https://www.tiket.com/ yang akan membantu dan menemani perjalanan traveling anda kemanapun. Nah kali ini Traveler akan diajak mengintip Pesona Eksotis pantai yang masih perawan yang letaknya di Pulau Sumbawa Barat, persis diujung desa asri nan alami. Tentunya para traveler sudah tidak sabar ingin tahu informasi pantai ini kan? Baiklah, sebelum melanjutkan membaca silahkan comment, share and berlangganan blog kece ini ya. Hi hi. Tum Pase ae.. Yu muskur Ae.. Tum nena janekiya sapnee dekaaa eee.. 
Kan pning otak na baing blog sa. Maklum bae mo brow. Hidup ini keras maka peraslah ia. Cekidot!

 Suasana Pantai Jelenga
   
Di daerah Sumbawa Barat tepatnya di desa Jereweh terdapat sebuah pantai nan sangat eksotis. Pantai ini sering di panggil “Pantai Jelenga” atau “Jelengan Beach” letaknya kurang lebih empat puluh lima menit dari Kota Taliwang. Sebelum memasuki wilayah pantai  cantik ini, pengunjung akan di sambut dengan hijaunya warna gunung, pohon dan kayu yang tumbuh lebat di samping jalan menuju pantai Jelenga. Hamparan perkebunan yang digarap para petani sekitar kiri-kanan jalan menuju pantai, semakin memanjakan mata. Ternyata, sungguh indah mempesona, jika diibaratkan bak pesona wajah Raline Shah atau Sonakshi Sinha atau Kate Winslet saat memerankan Titanic. Sudah, sudah.

Selanjutnya, pengunjung akan diuji dengan tanjakan kecil, sebagai pertanda bahwa beberapa menit lagi akan memasuki daerah pantai. Setelah melalui tanjakan sedang ini para pengunjung bisa mengabadikan capture the moment dengan latar indah pegunungan dan kotak-kotak persawahan yang alami. Hijau dan kokohnya tanaman kayu yang menjulang tinggi bukti bahwa disekitar jalan ini masih dirawat dan dijaga kelestariannya.

Perjalanan ke Pantai Jelenga

Warga disekitar pantai sangat ramah, siapapun yang datang berkunjung ke pantai Jelenga akan dipandu sign dengan beberapa tulisan di kiri-kanan jalan lengkap dengan tanda panah yang semuanya menuju kearah pantai Jelenga. Hal inilah yang menjadi pengalaman penulis bersama teman-teman ketika berkunjung ke pantai ini. Ketika penulis pertama kali berkunjung ke pantai Jelenga dan kami diarahkan oleh simbol-simbol yang di tulis dengan cat kayu berwarna-warni guna memudahkan para pengunjung untuk akses kerah pantai.

Sebagai seorang penikmat pantai dadakan, penulis dan teman-teman sangat takjub dengan keindahan dan kecantikan pantai Jelenga. Hamparan pasir putih, bersih dan birunya laut luas menyambut kami yang tiba kira-kira pukul dua siang hari. Kami tidak dapat membayangkan jika pantai Jelenga ini dapat di promosikan menjadi objek wisata terindah di dunia. Pokoknya kren abizz.

Kami tidak dapat menunggu lama untuk mengabadikan moment yang indah itu. Deni yang membawa kamera Canon lengkap dengan triple stand nya langsung mengatur posisi guna pengambilam gambar. Tempatnya yang terpencil ternyata menjadi kelebihannya pantai ini, sebab posisi pantai terbilang natural nan-pure. Sebagian besar pengunjungnya adalah para nelayan yang menjaring ikan dilokasi sekitar pantai. Setelah kami mengabadikan moment yang indah itu, kami istirahat sejenak di atas berugak yang dibangun sebagai tempat untuk melepas penat.

Tak hanya sebatas itu, kecantikan pantai Jelenga ternyata semakin lengkap dan sempurna, karena sore hari kami disuguhkan dengan drama tenggelamnya matahari di ufuk Barat dalam hati kami bergumam "inikah yang dinamakan sun set?". Sungguh indah dan menakjubkan. Sore itu mega merah menghadang sinar sang surya dengan gagah. Langit pun tampil dengan sisiknya yang tersusu-susun indah. Sungguh indah sun set sore itu. Setelah beberapa menit menunggu sun set benar-benar redup, kami pun bersiap-siap untuk kembali. Tapi kami berjanji, minggu depan kami akan datang mengunjungi indahnya syurga dunia yang tersembunyi di pantai Jelenga ini.  
Sun Set pantai Jelenga

Karena tadi penulis telah menjelaskan jalur penerbangan udara untuk kunjungan ke Pulau Sumbawa, Sekarang penulis akan jelaskan perjalanan jalur darat. Sekiranya traveler sejati mempunyai niat untuk menyeberangi lautan menuju Pantai Jelengan di desa Jereweh, Sumbawa Barat, penulis akan memberikan beberapa penjelasan singkat dan akurat. Jika para traveler mania hendak menggunakan jalur darat, maka cukup menjari Bus jurusan Taliwang, Sumbawa Barat. Kalau perjalanan dari pulau Jawa maka dengan mudah traveler mania menaiki Bus Tiara Mas atau Titian Mas. Kedua Bus ini akan mengarungi tiga pulau, Bali, Lombok dan pulau Sumbawa. Perjalanan ditempuh kurang lebih dua hari tiga malam. Cukup melelahkan, akan tetapi para traveler akan disuguhkan dengan pemandangan mempesona sepanjang perjalanan. 

 Pelabuhan Kayangan Lombok 

Destinasi terakhir traveler akan menyandar di pelabuhan Poto Tano Sumbawa Barat. Sesampainya di pelabuhan Poto Tano maka traveler akan di antar ke tampat tujuan yaitu terminal Tana Mira Taliwang, Sumbawa Barat. Selanjutnya  traveler dapat menacari penginapan di sekitar kota Taliwang. Tersedia Hotel Grand Royal, Hotel Ifa, Hotel Tubalong, Hotel Mawis dan Hotel Andi Graha. Serta nikmatilah suguhan teh dan kopi yang hangat setiap pagi. Setelah menikmati kopi pagi, traveler mania bersiap-siap akan melihat eksotisnya pantai Jelengan di Jereweh, Sumbawa Barat. Perjalanan hanya empat puluh menit dapat menggunaka jasa travel atau ojek yang siap 24 jam di area Taliwang.     

Pelabuhan Poto Tano Sumbawa Barat

Simple kan. Tunggu apa lagi Jelenga Beach menunggu para traveler!   


Berikut dokumentasi pantai Jelenga Jereweh, Sumbawa Barat












Jumat, 01 September 2017

Eksistensi Agama di Masa Kekinian



 
Oleh: Sofian Hadi 
Mahasiswa Pascasarjana Unida Gontor


“Islam is the only civilization which has put the survival of the west in doubt, and it has done at least twice” [1].
Peran agama dalam perkembangan sejarah tidak bisa dipisahkan. Banyak cendekiawan merumuskan bahwa agama merupakan unsur pokok dalam suatu peradaban (civilization).

Agama adalah foktor terpenting yang menentukan karakteristik suatu peradaban. Karena itulah Bernard Lewis menyebutkan peradaban Barat dengan sebutan “Christian Civilization” sebagai unsur utama agama Kristen.

Lebih jauh lagi, menurut Christoper Dawson, “The great religions are the foundations of which the great civilization rest” terjemahan bebasnya; Agama merupakan fondasi peradaban yang besar. Di antara empat peradaban besar yang pernah eksis ialah Islam, Barat (Kristen), India dan China.  Akan tetapi, Huntington berpendapat bahwa peradaban yang eksis itu Islam, Kristen, Hindu dan Konghucu.[2]

Berangkat dari pentingnya peranan agama dalam suatu peradaban, maka dapat di prediksikan tanda-tanda kehancuran suatu peradaban dapat dilihat dari sejauh mana unsur utama (agama) dalam peradaban tersebut bisa bertahan dan berkembang di era globalisasi kekinian.

Jika agama yang menjadi pondasi utama peradaban itu sudah rusak, maka dapat diartikan, peradaban itu telah mangalami suatu perubahan yang signifikan. Tetapi hakekatnya, peradaban tersebut sudah rusak atau sudah hancur. Seperti di Indonesia, agama menjadi tantangan besar untuk menunjukkan identitas diri negara, dalam sebuah peradaban baik itu muslim Melayu atau bukan. Inilah tantangan terbesar era globalisasi kekinian, agama sedang menghadapi ancaman gelombang pasang surut  keyakinan bagi masyarakat Muslim Melayu khususnya di Indonesia.[3]

Tidak dapat dipungkiri, bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan hebat. Lebih dari itu besarnya pengaruh para wali dan ulama telah menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang hampir saja menjadi Negara Islam di Asia.

Namun, kondisi perpolitikan yang sangat carut-marut yang dipelopori oleh kelompok sekular-nasionalis dan arus kristenisasi menjadi penghalang dan penggulingan Islam yang coba di usung oleh para ulama dan wali saat itu. Pangeran Diponegoro misalnya, telah memperkanalkan Islam untuk dijadikan sebagai kekuatan terbesar peradaban di Indonesia.    

Bangsa Indonesia sebenarnya selangkah lagi menerapkan syari’at Islam sebagai dasar Negara. Akan tetapi, melalui perdebatan yang sangat panjang. Dialog antara A. Hasan dan Ir. Soekarno yang sangat berseberangan dari sudut pandang keagamaan. Ir Soekarno berpendapat bahawa sistem kepemimpinan Mustafa Kemal Ataturk di Turki yang memisahkan antara agama dan Negara adalah langkah yang paling modern dan paling radikal.

Sementara, A.Hasan yang merupakan pendiri Persatuan Islam sangat mengkritik keras pandangan Soekarno tertang sekularisme. Dalam artikel yang pernah di tulisnya A. Hasan menegaskan bahwa; “Ir. Soekarno tidak mengerti tentang Eropa yang memisahkan antara agama Kristen dari staat (Negara), tidak lain karena di dalam agama Kristen tidak ada ajaran (konsep) tentang pemerintahan[4]

Perdebatan tersebut terus berlanjut  antara Islam dan sekularisme. Pada tahun 1955-1959 dalam Sidang Konstituante M. Natsir menyampaikan Pidato yang sangat bersejarah. Pada saat itu M. Natsir mengupas tuntas tentang kelemahan sekularisme. M. Natsir mengatakan;
“Sekularisme adalah suatu cara hidup yang mengandung paham, tujuan, dan sikap hanya di dalam batas keduniaan saja, seorang sekularis tidak mengakui adanya wahyu sebagai salah satu sumber keparcayaan dan pengetahuan.[5]

M. Natsir dengan tegas menawarkan kepada Sidang Konstituante agar menjadikan Islam sebagai dasar Negara Republik Indonesia.  Akan tetapi, pada tahun 1970 ketua umum pengurus besar Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI) Nurcholish Majid secara resmi menggulirkan perlunya dilakuakan Sekularisasi Islam dan juga proses Liberalisasi. 

Sebagai salah satu contoh lihatlah Piagam Jakarta yang merupakan hasil kesepakatan antara golongan Islam dan golongan nasionalis-sekular, dan kemunculannya sangat singkat hanya sehari setelah hari kemerdekaan pada tanggal 18 Agustus 1945, setelah itu Piagam Jakarta diubah menjadi asas dasar di gagasnya Pancasila.

Sekiranya agama tidak memberikan sumbangsih terhadap khazanah kehidupan manusia, maka bisa diprediksikan pondasi peradaban suatu bangsa akan sulit berkembang dan memperoleh kemajuan. Disebabkan karena pondasi kepercayaan tidak diimbangi oleh nilai keilmuan.

Kesimpulannya, agama merupakan inti sebuah peradaban. Layaknya bangunan besar yang membutuhkan pondasi yang kuat dan tidak goyah. Dengan pondasi yang kuat itu manusia akan bersandar, tanpa harus takut terjatuh. Tanpa agama manusia akan liar. Tanpa agama manusia buta. Sebaliknya, dengan agama manusia mulia. Dengan agama pula manusia lebih berperadaban.

Disarikan dari buku Indonesia Masa Depan, Perspektif Peradaban Islam, karya DR. Adian Husaini 


[1] Samuel P. Huntington, The Clash of Civilizations and The Remaking of World Order, (New York: Touchtone Books, 1996), hal 209-210
[2] Ibid, hal 47.
[3] Menurut S.M. Idris, Presiden Cunsumer Association of Penang (PAC), globalisasi merupakan ancaman yang sangat serius terhadap kaum Muslim. Lihat Footnote buku Indonesia Masa Depan, Perspektif Peradaban Islam, hal 13.
[4] Ibid, hal 34.
[5] Ibid, hal 36.