Rabu, 14 Maret 2018

Kritik Terhadap Buku Orientalis Barat "The Truth about Muhammad" Penulis Robert Spencer Bag 1




 Oleh: Sofian Hadi
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Darussalam (Unida) Gontor



Pendahulan

Buku berjudul The Truth about Muhammad adalah karangan Robert Spencer. Seorang penulis yang lahir 27 Februari 1962. Ia adalah pengarang dan narablog Amerika Serikat yang dikenal karena kritiknya terhadap Islam dan penelitian tentang terorisme Islam dan jihad.[1] Buku ini memuat 224 halaman, yang dibagi kedalam 10 Bab. Bab pertama membahas tentang Why a Biography of Muhammad is relevance today. Pada bab pertama ini, Spencer menulis sub tema tentang, Is Islam a Religion of peace? Why it matter? Dueling Muhammad, Why Muhammad matters, Polite fiction are useless, The purposes of this book, Why I did not  want to write this book, Death to “Blasphemer”, Defending freedom of speech dan General notes. Bab kedua, Spencer menulis tentang In search of the historic Muhammad, dengan lima sub pembahasan. What can we really know about Muhammad? The Qur’an, The Hadits, The Sira dan Historical fact and Muslim belief. 
 
Pada bab ketiga, Ia menulis tentang Muhammad becomes a prophet. Bab ketiga ini juga terdiri dari lima sub pembahasan. Arabia before Muhammad, Muhammad’s early life, Khadija, The first visitation, dan The suicidal despair returns. Selanjutnya pada bab keempat, Spencer menulis tentang Muhammad revelation and their source. Dalam bab ini ia membagi sub bab dalam tujuh pembahasan. Borrowing from Judaism, “Tales of the ancient” Borrowing from Christianity, Other borrowings, Revelation of convenience? The consequences dan Modern embarrassment.  Pada bab kelima, Spencer menulis, A warner in the face of a terrific punishment. Dengan sub pembahasan, difficulties of the Quraysh, The evolution of the command to wage war, The satanic verses dan The night journey.

Berbeda dengan pembahasan sebelumnya, pada bab keenam Spencer menulis dengan sangat provokatif, Muhammad becomes a warlord. Dengan perincian sub bab, The Hijrah, The covenant between the Muslim and the Jews, The conversion of Abdullah and tension with the rabbis, The Hypocrites, The Nakhla raid dan The break with the Jews dan The change of qibla (directioan for prayer). Bab ketujuh, dengan pembahasan “War is deceit”, dengan sub bab The Battle of badr Allah’s, The muslim of booty fight for the Muslims, The Qayinuqa uinuka Jews, Ager toward Jew and Christians, Assassination and decet, The Quraysh  strike, Assuaging doubts after Uhud dan The Deportation of Banu Nadir.
 
Bab delapan, pengarang buku ini menulis tentang Casting Terror into their hearts. Dengan perincian sub bab The battle of the Trench, Dealing with the Banu Qurayzah, Finding excuses for a massacre, The women of the Banu Mustaliq, Abdullah bin Ubayy and praying for one’s enemi, The treaty of Hudaybiyya, The raid at Khaybar, The poisoning of Muhammad dan The spoils of Khaybar. Bab kesembilan, Spencer menulis Victorius through terror. Dengan 12 sub bab, The conquest of Mecca, Apostates to be killed, Muhammad at the Ka’bah, The battle of Hunayn and the mastery of Arabiya, Invitation to Islam, The Tabuk raid, Collecting the jizya, The last pilgrimage: the right of women and the expulsion of the pagans, The murder of the poets, Muhammad final illness and after Muhammad.
 
Terakhir, Robert Spencer menulis tentang warisan yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad Saw. Bab ini bertemakan Muhammad’s legacy, dengan sub bab, The war on terror, pedhophile prophet?, Misogynist, Draconian punishments?, Warrior propet?, Islamic tolerance?, A kinder, gentler Muhammad, The veneration of Muhammad, Imitating Muhammad today, Frightening reality, dan What is to be done.


Kritik Terhadap isi Buku
Pada pembahasan buku ini Penulis akan lebih banyak memberi komentar pada bab keempat tentang sub bab Muhammad’s Revelation and their Sources. Apa yang telah ditulis Robert Spencer dalam buku ini sangat provokatif dan berangkat dari sudut pandangnya yang dangkal tentang kebenaran sejarah hidup Nabi Muhammad Saw. Banyak dari para orientalis Barat mencoba menulis bahkan membantah tentang Qur’an dengan pengetahuan awam mereka. Layaknya Spencer, pengarang Amerika yang mengaku telah belajar Islam selama 20 tahun ini, telah membuat beberapa hal yang sangat keliru terhadap sejarah nabi Muhammad, Qur’an dan Hadist. Jauh sebelum ini Ricoldo da Monte Croce (1243-1320)[2] seorang misionaris pada abad ke-13 menulis beberapa karya mengenai Islam dalam bahasa latin. Dalam pandangannya setan mengarang Al-Qur’an sekaligus membuat Islam. Kesimpulan Ricoldo tentang Qur’an hanyalah kumpulan bid’ah-bid’ah lama yang dibantah sebelumnaya oleh Gereja.[3]
 
Kemudian, Ricoldo mengatakan karena perjanjian lama dan perjanjian baru tidak memperediksi sebelumnya, maka Al-Qur’an tidak boleh diterima sebagai “hukum Tuhan”. Selain itu, doktrin-doktrin islam mengenai kesalahan agama Kristen dan Yahudi tidak bisa diterima. Ia juga mengatakan  gaya bahasa Qur’an tidak sesuai untuk disebut menjadi “kitab suci”, konsep-konsep etika di dalam Al-Qur’an bertentangan dengan pernyataanpernyataan Filosofis. Dan yang selanjutnya, Al-Qur’an penuh dengan kontradiksi internal.[4] Sebenarnya, masih banyak lagi jenis hujatan yang diarahkan kepada Qur’an, namun penulis hanya mengambil beberapa saja dari pernyataannya tersebut.
 
Berbeda dengan Ricoldo dengan karyanya Improbatio alcorani (Contra legem saracenorum) Kebatilan Al-Qur’an (Menantang Hukum Islam), Martin Luther menerjemahkan karya Ricoldo dalam bahasa Latin, Confutatio Alcorani (Bantahan terhadap Al-Qur’an), Salman Rushdie dengan karnya “Satanic verses” (Ayat-ayat setan). Robert A. Morey (The Islamic Invasion) dan beberapa orientalis lainnya, Robert Spencer dengan karyanya “The Truth about Muhammad” menulis dengan awam tentang pewahyuan dalam Bab Empat “Muhammad revelation and their source” atau Sumber wahyu-wahyu Muhammad. Dalam bab empat inilah Spencer menulis;
“One of the most severe and lingering challenges to Muhammad’s claim to be a prophet both during the twenty-three years of his career and throughout the history of Islam, was his apparent dependence on Jewish, Christian and other sourches.”[5]   
Terjemahan dari buku bahasa Indonesianya “Kebenaran tentang Muhammad”  Salah-satu tantangan yang terberat terhadap klaim Muhammad sebagai seorang nabi, baik selama 23 tahun karirnya dan di sepanjang sejarah Islam, adalah ketergantungannya yang sangat jelas terlihat pada Yahudi, Kristen dan sumber-sumber lainnya.[6]

Di dalam pandangan Robert Spencer, klaim kenabian Muhammad merupakan tantangan terberat terhadap ajaran Yahudi dan Kristen, mereka berasumsi bahwa kenabian Muhammad merupakan tantangan terbesar bagi Yahudi-Kristen dalam mempercayai klaim tersebut. Begitu juga terhadap ajaran yang dibawa dan yang di sampaikan Nabi Muhammad sangat bergantung kepada agama terdahulu baik itu Yahudi dan Kristen. Pada kenyataannya tuduhan itu sangat tidak mendasar, melihat ajaran yang dibawa oleh nabi Muhammad justru sebagai imam daripada ajaran Yahudi dan Kristen yang sudah banyak di-distorsi oleh karangan dan saduran tangan manusia yang ingin mencocokkan kitab sucinya sesuai penafsiran agama mereka sendiri.

Untuk melihat Bag 2 klik Disini


[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Robert_Spencer_(pengarang)
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Riccoldo_da_Monte_di_Croce
[3] Adnin Armas, M.A. Metodologi Bible dalam Studi Al-Qur’an, kajian kritis. (Depok: Gema Insani Press, 2005) Hal, 27.
[4] Ibid, hal 27
[5] Robert Spencer, The Truth about Muhammad (Washington DC: Regnery Publishing, INC. 2006) p. 47
[6] Terjemahan versi Indonesia

2 komentar:

  1. Mohon maaf sebelumnya, saya mencoba menyikapi dan memahami hal ini sebagai seorang nonmuslim mantan mualaf, menurut saya Robert Spencer (RS) memiliki pengetahuan yang lebih baik dari seorang muslim yang memiliki pengetahuan mendalam dalam Islam, mengapa? Karena RS nonmuslim, karena itu bisa mempelajari secara "Bebas" dan "menyeluruh" dengan Konteks Pemikiran Luas dan Terbuka, RS tidak dibatasi Dogma-dogma dalam Islam yang membatasi seorang muslim bila ingin mempelajari kebenaran dalam Agama Islam. Saya bisa mengatakan hal ini karena saya seorang nonmuslim, kebebasan yang tidak saya dapatkan ketika saya menjadi muslim. Dulu saya menjadi mualaf karena saya melihat bahwa Muslim adalah pribadi yang baik, namun semakin saya mengerti Islam saya semakin kehilangan kebaikan itu, hati saya membentuk benteng terhadap nonmuslim, hati saya tidak ada damai, yang ada hanya kebencian kepada Yahudi, Kristen, Amerika yang tidak ada satupun saya kenal atau menyakiti saya. Banyak teman-teman saya yang dulunya baik dengan Nasrani, sekarang mulai menjauh, menjaga jarak, baik dalam bisnis ataupun pergaulan. Hal ini yang membuka pemikiran saya, mengapa Muslim...semakin mengerti Islam bukannya menjadi semakin baik? Berbeda dengan ajaran Kristen yang saya ikuti dulu, banyak orang Kristen KTP yang menjadi "lebih baik" saat dia "lebih dalam" mengenal Yesus, sebaliknya, banyak Muslim "Baik" yang menjadi semakin "Intoleran dan Radikal" justru setelah mengenal Islam lebih dalam dan mengikuti akidah dalam agama Islam. Banyak muslim yang tidak menyadari hal ini karena mereka masuk kedalam sistem dan "mematikan" Nurani mereka. Karena sebelumnya saya nonmuslim maka saya selalu menilai seorang beragama dari prilakunya, dan saat mualaf terus terang saya kecewa, karena Islam tidak mampu membuat saya lebih baik, "Damai dan Indah" Hanyalah Propaganda kosong, sejak kecil "sebelum mengenal agama" saya sudah didik untuk memaafkan, tidak boleh berkelahi atau menyakiti orang lain, walaupun dipukul dilarang membalas,namun didalam Islam sangat berbeda, muslim diajar untuk membenci bahkan membunuh. "Damai dan Indah" hanya untuk mengelabuhi dan membangun image baik bagi nonmuslim, karena dalam Islam tidak dilarang menipu dengan keuntungan bagi mereka, hal yang tidak diajarkan pada agama lain, inilah yang membuat saya sadar dan kembali kejalan yang benar. Saya sadar,Surga adalah Hal yang Suci, Tidak Mungkin Pembunuh, Pemerkosa, Penipu, Pikiran kotor dapat menghuni Surga, karena bagi Hukum Negara saja mereka Pantasnya menghuni Penjara, apalagi bagi Tuhan, Pasti mereka adalah Penghuni Neraka! Bagi muslim yg membaca Komen saya ini, jangan langsung menghujat,tolong gunakan Nurani kalian yang masih Tersisa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya koreksi sedikit, tidak ada bahasa mantan muallaf dalam Islam yang ada adalah Murtad. Artinya anda adalah seorang Non-Muslim yang murtad (keluar) dari agama Islam, bukan muallaf dari Islam, tapi Murtad atau (converted). Terkait dengan Pernyataan anda tentang Robert Spencer yang mempunyai pengetahuan mendalam dan lebih baik dari pemahaman Muslim, sejauh tulisan yang saya muat, tidak ada bukti empiris bahwa dia lebih baik pemahamannya mengenai Islam. Buku dan buah karya tulisan yang di publish Spencer merupakan hasil propaganda dan hegemoni pemikiran Barat yang notabennya menolak sakralitas Agama. Kerancuan dan kedangkalan Spencer seolah membuka kedok siapa dan bagaimana kualitas paham dia yang sesungguhnya tentang Islam. Jadi standar anda belum jelas atas klaim anda sendiri terhadap paham spencer. Selanjutnya, mengenai Islam yang ketika anda anut tak memberikan kebebasan individu lantas kebebasan anda dapatkan saat menjadi non-Muslim, saya juga pertanyaakan kebebasan yang anda definisikan? bukankan ketika manusia beragama, berarti dia patuh akan aturan agamnya? artinya anda terikat dengan aturan agama anda, kecuali anda memilih atheis atau sekedar penganut kepercayaan.
      Kemudian, mengenai masalah "intoleran dan radikal" saya hanya ingin mengatakan, jika tidak karena keramahan Islam maka non-muslim dimanapaun tak akan hidup dalam kedamaian, khususnya di Indonesia. Anda adalah bukti hidup bahwa Islam adalah agam toleran.
      Semoga Allah memberikan hidayah kepada anda saudaraku.

      Hapus